Kutuk Pembantaian Keluarga di Sigi, Jokowi: Tindakan Biadab untuk Ciptakan Provokasi
Presiden Jokowi menyampaikan pernyataan terkait teror di Sigi (Youtube Sekretariat Presiden)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengutuk tindakan pembunuhan dan pembakaran rumah yang dilakukan oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di Sigi, Sulawesi Tengah. Jokowi menyebut tindakan kelompok bersenjata itu sebagai teror di luar batas dan tidak beradab.

"Saya mengutuk keras tindakan di luar batas kemanusiaan dan tidak beradab yang menyebabkan empat saudara kita meninggal dunia dalam aksi kekerasan yang terjadi di Kab. Sigi, Sulteng," kata Jokowi dalam video yang diunggah di akun YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 30 November.

Tindakan tersebut, sambungnya, sengaja dilakukan oleh Ali Kalora, cs sebagai bentuk teror dan provokasi yang sengaja untuk merusak persatuan yang ada di tengah masyarakat.

"Tindakan yang biadab itu jelas bertujuan untuk menciptakan provokasi dan teror di tengah masyarakat yang ingin merusakan persatuan dan kerukunan di tengah warga bangsa," tegasnya.

Selain mengutuk tindakan teror tersebut, Jokowi menyampaikan belasungkawa terhadap para keluarga korban yang meninggal dunia akibat kejadian itu. Tak hanya itu, Jokowi juga menyebut pemerintah akan memberikan santunan kepada pihak keluarga korban. 

"Ini adalah tragedi kemanusiaan dan pemerintah akan memberikan santunan kepada mereka yang ditinggalkan," ungkapnya.

Diketahui, aksi teror yang dilakukan kelompok MIT pimpinan Ali Kalora ini terjadi pada Jumat, 27 November sekitar pukul 09.00 WITA dan kabarnya sampai ke polisi pada pukul 13.00 WITA. Peristiwa ini terjadi di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Dari peristiwa ini, ada empat korban yang dinyatakan meninggal dunia oleh pihak kepolisian.

"Keempat korban bernama Yasa, Pinu, Naka, dan Pedi. Keempat orang ini adalah keluarga Ulin yang menjadi saksi pelaporan," kata Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Didik Suparnoto saat dihubungi wartawan, Sabtu, 28 November.

Berdasarkan keterangan saksi mata, bernama Ulin, kelompok MIT yang dipimpin Ali Kalora mendatangi rumah Ulin di Desa Lemban Tongoa dan menyandera keluarga Ulin yang berhasil kabur.

Ayah Ulin, Yasa, dan suami Ulin, Pinu, tewas dibunuh oleh kelompok ini. Sedangkan, kematian Naka dan Pedi belum diketahui sebabnya. Sementara istri Yasa bernama Nei selamat meski mengalami sejumlah luka di tubuhnya.

Setelah melakukan aksinya, para pelaku mengambil beras sebanyak 40 kilogram dan membakar enam rumah yang ada di sekitar lokasi pembunuhan.

Sedangkan terkait peristiwa ini, Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan tindakan teror yang dilakukan MIT ini tidak berkaitan dengan suku dan agama.

Mahfud meminta, tindak kekerasan yang dilakukan oleh Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora tidak disangkutkan dengan agama tertentu.

"Peristiwa ini bukan perang suku apalagi agama. Peristiwa ini dilakukan oleh kelompok kejahatan yang bernama MIT yang dipimpin Ali Kalora dan tidak bisa disebut mewakili agama tertentu," kata Mahfud dalam konferensi pers di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Senin, 30 November.

Dia menegaskan, tindakan yang dilakukan oleh Ali Kalora, cs ini sebenarnya sebuah upaya untuk melakukan teror dan menciptakan suasana tidak kondusif yang berujung kekacauan serta perpecahan.

Mahfud meminta agar seluruh tokoh agama dapat menyampaikan pesan perdamaian, "Karena sejatinya agama apapun hadir di dunia ini untuk membangun perdamaian dan persaudaraan," ujarnya.

Dia mengatakan pemerintah akan terus mengambil tindakan tegas terhadap kelompok ini melalui Satuan Tugas Operasi Tinombala. Satgas ini, sambungnya, telah diperintah untuk terus melalukan pengejaran dan pengepungan terhadap kelompok MIT.

"Pemerintah juga telah memerintahkan kepada aparat keamanan untuk memperkuat dan memperketat penjagaan serta pengamanan terhadap warga dari ancaman terorisme dan pihak yang ingin mengacau keamanan serta ketertiban di wilayah tersebut," tegasnya.