Bagikan:

JAKARTA - Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Awi Setiyono menyebut bahwa kelompok teroris Mujahid Indonesia Timur (MIT) tidak hanya membantai warga, namun juga melakukan pembakaran.

Kata Awi, pada Jumat, 27 November, Polsek Palolo, Sigi, Sulawesi Tengah mendatangi tempat kejadian perkara setelah mendapat laporan ada pembantaian satu keluarga. Saat di lokasi, polisi juga menemukan rumah yang telah dibakar.

"Sesampai di TKP pada Jumat, 27 November sekitar pukul 13.00 WIB, anggota Polsek Palolo menemukan 4 Mayat dan 7 rumah warga dalam kondisi terbakar," kata Awi kepada wartawan, Sabtu.

Awi menyebut, Polres Sigi melakukan oleh TKP pada pukul 18.00 hingga 23.00 WITA. Selain itu, polisi juga melakukan evakuasi jenazah, dan mencari saksi-saksi yang mengetahui kejadian ini.

Ada 5 saksi yang diinterogasi. Mereka menyatakan bahwa pelaku pembantaian dan pembakaran ada 10 orang. Tiga orang di antaranya membawa senjata laras panjang dan senjata api genggam.

"Setelah diperlihatkan daftar pencarian orang (DPO) teroris MIT, saksi meyakini bahwa identitas 3 orang orang tak dikenal tersebut adalah teroris kelompok Ali Kalora, pemimpin MIT," jelas Awi.

Diketahui sebelumnya, terjadi pembantaian terhadap sebuah keluarga di Pegunungan Kebun, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah oleh Kelompok MIT.

Menurut keterangan saksi bernama Ulin, pembantaian terjadi pada Jumat, 27 November, sekitar pukul 09.00 WITA. Kemudian, laporan ini sampai ke pihak kepolisian pada pukul 13.00 WITA.

Ada empat orang yang meninggal dunia akibat pembantaian satu keluarga ini. Keempat korban pembantaian bernama Yasa, Pinu, Naka, dan Pedi. Keempat orang ini adalah keluarga Ulin yang menjadi saksi pelaporan.

Laporan yang didapat, kelompok MTI mendatangi rumah Ulin di Pegunungan Kebun sekitar pukul 09.00 WITA. Mereka menyandera keluarga Ulin yang berhasil kabur. Yasa, Ayah Ulin dan Pinu, suami Ulin tewas dengan cara kepala dipenggal.

Lalu, kematian Naka dan Pedi belum diketahui sebabnya. Sementara istri Yasa bernama Nei juga terluka namun masih hidup.

"Mereka tidak ada hubungannya. Jadi, mereka kadang-kadang suka melakukan aksi secara acak. Namanya teroris, jadi melakukan tindakan teror untuk menakut-nakuti masyarakat," ucap Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Didik Suparnoto.