Trauma Menghantui Warga Usai Satu Keluarga di Lembantongoa Sigi Dibantai Kelompok MIT
DOK. ANTARA/ Jaksa PInangki Sirna Malasari dalam persidangan

Bagikan:

SIGI - Kebanyakan masyarakat di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, masih takut beraktivitas di kebun pasca serangan diduga teroris MIT yang menewaskan empat warga.

''Kami tidak berani pergi ke kebun, meski jaraknya tidak jauh dari rumah, sebab sangat khawatir dengan keamanan dan keselamatan jiwa kami,'' kata Huber SP, salah seorang pengurus kelompok tani di Desa Lembantongoa, dikutip Antara, Selasa, 1 Desember.

Huber mengatakan peristiwa berdarah yang sangat menggemparkan itu membuat warga transmigrasi maupun masyarakat di Desa Lembantongoa memilih untuk sementara tinggal di rumah.

Padahal, katanya, untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari mereka selama ini dari hasil pertanian dan perkebunan.

Hasil panen setelah dijual, uangnya digunakan untuk membeli berbagai barang/bahan kebutuhan sehari-hari. ''Tapi mau bagaimana lagi, lebih baik kami tidak ke kebun, dari pada jiwa kami terancam dari serangan teroris,'' kata Huber.

Hal senada juga diungkapkan Jefri, salah seorang warga Dusun Tokelemo,Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo. Ia mengemukakan pasca pembunuhan keji yang diduga dilakukan kelompok teroris MIT Poso, masyarakat saat ini hanya tinggal di rumah.

Masyarakat lebih memilih untuk sementara tidak melakukan aktivitas di kebun, sebab masih takut akan keselamatan jiwanya.

Memang, katanya, sudah banyak aparat yang datang ke Desa Lembantongoa, tetapi masyarakat umumnya masih trauma berat dengan kejadian yang mengerikan tersebut.

Diberitakan sebelumnya, pada, Jumat, 27 November sekitar pukul 08.0 0WITA, sekelompok orang tak dikenal (OTK) yang didiga kuat adalah anggota MIT Poso melakukan penyerangan ke permukiman warga Transmigrasi di wilayah tersebut.

Ada empat warga transmigrasi yang dibunuh dan beberapa rumah dibakar habis rata dengan tanah.