JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengaku pengejaran kelompok teroris seperti Mujahidin Indonesia Timur (MIT) tidak mudah. Penilaian ini berdasarkan pembacaan Moeldoko terhadap lokasi perburuan di kawasan hutan.
"Kalau kita gambarkan di sini mungkin kok susah amat sih tidak bisa diberesin. Tapi kalau, melihat medannya di sana yang gunungnya itu berlapis-lapis, seperti itu memang tidak mudah," kata Moeldoko kepada wartawan, Selasa, 1 Desember.
Moeldoko mengatakan, lokasi perburuan tersebut merupakan hutan yang cukup lebat. Masyarakat yang tinggal di saja juga cukup berjauhan. Karenanya Moeldoko menyebut tidak mudah menjaga rasa aman kepada warga ketika pemerintah melacak kelompok tersebut.
"Dia (kelompok MIT) bisa membaur dengan masyarakat. Dia punya manuver yang cepat, karena dia sudah tahu daerah operasi mereka sendiri itu juga jadi salah satu kesulitan yang dihadapi pasukan yang diturunkan ke sana," jelas Moeldoko.
Hal ini yang mendasari pemerintah menerjunkan kolaborasi lanjutan dalam Satuan Tugas Tinombala. "Saya ajak Panglima untuk berdiskusi, soal langkah-langkah ke depan secara taktis dan kemarin sudah disiapkan pasukan khusus ke sana," kata dia.
BACA JUGA:
Diberitakan sebelumnya, kedatangan pasukan khusus TNI untuk memburu kelompok MIT Poso yang diduga telah melakukan tindakan kekerasan keji terhadap warga di Lembantongo, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Jumat, 29 November menyebabkan empat korban jiwa dan beberapa rumah warga dibakar oleh terduga pelaku kelompok DPO MIT Poso.
Komandan Korem 132/Tadulako, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf mengatakan kedatangan tim elite TNI ini untuk mengefektifkan pengejaran, pencarian dan penumpasan terhadap gerombolan bersenjata yang menebar teror dan kerap beraksi di luar batas perikemanusiaan terhadap korban-korbannya terhadap warga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
“Pasukan yang datang mereka terdiri dari Kostrad dan Marinir yang mempunyai keahlian intel dan tempur,” kata Makruf.
Secara umum mereka memiliki kualifikasi di bidang penanggulangan teror, penyusupan dan penghancuran di belakang garis lawan, intelijen dan kontra intelijen, perang kota dan gerilya, penggalangan, dan lain-lain.
Gerombolan ini diketahui menerapkan taktik gerilya hutan dan berlarut, sehingga hal ini harus dihadapi dengan kekuatan militer yang memiliki kualifikasi kontra gerilya hutan dan intelijen.
Makruf mengatakan pasukan khusus TNI ini juga akan memperkuat kekuatan Satuan Tugas Tinombala yang telah terjalin selama ini.
“Mendapatkan kekuatan yang lebih besar dengan kedatangan pasukan khusus ini dan kedatangan pasukan ini sangat berarti untuk bisa cepat menemukan titik persembunyian dan pengejaran terhadap kelompok MIT Poso pimpinan Ali Kalora tersebut,” katanya.
Makruf mengatakan saat ini Satuan Tugas Tinombala masih melacak dan memburu DPO MIT Poso, yang keberadaannya dicurigai masih di wilayah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
“Tetapi tidak menutup kemungkinan telah bergerak ke wilayah lain dan kita sedang mencari mereka,” katanya.