Bagikan:

JAKARTA - Ekonom Senior Institute for Development of Economics (Indef) Faisal Basri mengatakan, banyak penggangguran dengan usia muda memilih bergabung dengan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.

Penyebabnya, kata Faisal, pemerintah salah diagnosis dalam mendorong terciptanya lapangan pekerjaan. Di mana pemerintah justru membangun industri padat karya di Tanah Air. Padahal, hal ini tidak tepat.

Lebih lanjut, ia mengatakan mayoritas masyarakat yang menganggur adalah anak muda dengan tingkat pendidikan tinggi. Sebagian besar dari mereka adalah lulusan sekolah menengah atas (SMA), diploma, hingga sarjana. Bahkan jumlahnya mencapai 20,5 persen.

"Anak muda, 15-24 tahun yang menganggur itu tidak cocok dengan padat karya. Masa sarjana atau tamatan diploma ngojek atau di industri garmen. Akhirnya, karena tidak sesuai dengan kondisi, anak muda berpendidikan bergabung dengan Rizieq Shihab," tuturnya, dalam diskusi virtual, Kamis, 26 November.

Apalagi, kata Faisal, pemerintah terlihat sedang melakukan politik upah murah. Hal ini, tercemin dari upah minimum provinsi (UMP) 2021 ditetapkan sama dengan 2020. 

Faisal menilai, sudah saatnya Indonesia meninggalkan politik upah murah. Sebab, dampak sosial politiknya sangat besar. Menurut dia, mendiagnosis permasalahan menjadi sangat penting.

"Jadi padat karya kita dorong lewat UMKM, industrialisasi di pedesaan dan sebagainya. Kalau industri padat karya masih kita undang, kita selalu kalah dengan Bangladesh, Paskistan, dan negara-negara tetangga kita. Itu tahun '80-an sudah lewat," ucapnya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia tembus 9,77 juta orang pada Agustus 2020. Angka itu naik 2,67 juta orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Hal ini membuat tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2020 melonjak menjadi 7,07 persen. Realisasi itu naik dari posisi Agustus 2019 yang sebesar 5,23 persen. TPT tertinggi tercatat di DKI Jakarta, yakni 10,95 persen. Sementara, TPT terendah berada di Sulawesi Barat sebesar 3,32 persen.

Secara keseluruhan, jumlah penduduk usia kerja yang terdampak pandemi covid-19 pada Agustus 2020 ini berjumlah 29,12 juta orang. Adapun rinciannya, jumlah pengangguran karena COVID-19 sebanyak 2,56 juta orang, bukan angkatan kerja karena COVID-19 sebanyak 0,76 juta orang.

Sementara tidak bekerja karena COVID-19 sebanyak 1,77 juta orang, dan bekerja dengan pengurangan jam kerja karena COVID-19 sebanyak 24,03 juta orang.