Uang Suap Penerimaan Mahasiswa Baru Unila dalam Bentuk Dolar dan Euro?
Rumah Mewah milik Rektor Unila Karomani yang baru dibangun tahun 2020 dan ditempati Juli 2022 (ANTARA/Dian Hadiyatna)

Bagikan:

JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan pecahan mata uang asing dolar Singapura serta euro saat menggeledah rumah Rektor Universitas Lampung (Unila) Karomani dan pihak terkait dugaan suap penerimaan mahasiswa baru di Unila.

Temuan ini menguatkan adanya dugaan Karomani tak hanya menerima suap dengan mata uang rupiah. Uang pecahan dolar Singapura dan euro itu ditemukan penyidik pada Rabu, 24 Agustus kemarin.

"(Ditemukan dolar, red) Singapura dan euro," kata Kepala Bagian Pemberitaan KPK, Ali Fikri melalui keterangan tertulis, Kamis, 25 Agustus.

Ali belum memerinci berapa jumlah uang tersebut. Dia hanya mengatakan penyidik akan melakukan analisis yang dilanjutkan dengan penyitaan.

"Tim penyidik nantinya akan menganalisis dan menyita bukti-bukti tersebut untuk kemudian dimasukkan dalam berkas perkara para tersangka," tegasnya.

Sebelumnya, KPK menetapkan empat tersangka dugaan suap penerimaan mahasiswa baru pada Universitas Lampung tahun 2022. Penetapan tersangka ini berawal dari operasi tangkap tangan yang dilakukan di Lampung, Bandung, dan Bali.

Para tersangka yang terjerat kasus ini adalah Rektor Universitas Lampung 2020-2024 Karomani; Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Lampung Heryandi; Ketua Senat Universitas Lampung Muhammad Basri; dan swasta Andi Desfiandi.

Dalam kasus ini, Karomani diduga mematok harga bagi calon mahasiswa baru di kampusnya dengan kisaran Rp100 juta hingga Rp350 juta saat melaksanakan Seleksi Mandiri Masuk Universitas Lampung (Simanila). Permintaan ini disampaikan setelah Heryandi dan Muhammad Basri menyeleksi secara personal kesanggupan orang tua mahasiswa untuk membayar.

Salah satu keluarga calon peserta Simanila, Andi kemudian berinisiatif membayar setelah keluarganya diterima sebagai mahasiswa karena bantuan Karomani. Dia kemudian menyerahkan uang tunai sebesar Rp150 juta di Lampung yang diambil oleh seorang dosen, yaitu Mualimin.

Dari perbuatannya itu, Karomani diduga berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp603 juta dari Mualimin yang kemudian digunakan untuk keperluan pribadi sebesar Rp575 juta.

Sementara dari Muhammad Basri dan Budi Sutomo yang merupakan Kepala Biro Perencanaan dan Hubungan Masyarakat Universitas Lampung, diduga total uang yang diterima Karomani mencapai Rp4,4 miliar. Uang ini kemudian dialihkan menjadi tabungan deposito, emas batangan, dan masih ada yang dalam bentuk tunai.