JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menanggapi usul DPRD DKI yang menginginkan adanya tes psikologi secara berkala kepada guru. Hal ini sebagai buntut dari kasus penganiayaan oknum guru terhadap salah satu siswa SMKN 1 Jakarta.
Riza mengaku usul tersebut belum tentu akan diwujudkan. Mengingat, Pemprov DKI masih perlu menghitung konsekuensi anggaran yang harus digelontorkan untuk menggelar tes psikologi untuk guru.
"Tentu usul tersbeut punya konsekuensi biaya. Kan jumlah guru bukan 100-200 orang. Kalau kita lakukan tes psikologi, berapa biaya yang dibutuhkan, sumber biaya dari mana," kata Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis, 18 Agustus.
Lagipula, kata Riza, setiap guru di sekolah negeri sudah menjalani tes psikologi saat proses rekrutmen sebagai tenaga pendidik.
"Memang selama ini kalau melakukan paparan kerja, proses rekurtemn salah satunya adalah tes psikologi," ujar dia.
Terkait dengan kasus penganiayaan oleh oknum guru SMKN 1 Jakarta, Riza memastikan ada sanksi yang akan dikenakan sebagai hukuman disiplin pelaku. Sebab, perlakuan oknum guru tersebut tidak bisa dibenarkan.
"Akan ada sanksi, tapi nanti diliat dulu sejauh mana kebenaran dan seberapa jauh penganiayaan tersebut dilakukan. Tentu, siapa saja yang bersalah, sekalipun guru, pasti ada sanksinya," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta Iman Satria meminta Dinas Pendidikan DKI menggelar tes psikologi terhadap seluruh guru sekolah negeri di Jakarta secara berkala.
Saran Iman ini merupakan buntut dari kasus penganiayaan oknum guru pada salah satu siswa SMKN 1 Jakarta. Menurut Iman, tes psikologi tersebut perlu dilakukan untuk mencari penyebab secara psikologis atas kasus-kasus serupa.
"Nanti kami lihat dulu kenapa ini guru melakukan itu, apa memang kurang juga tes psikologinya. Ini harus dites ulang, entah itu satu atau dua tahun sekali," kata Iman saat dihubungi, Selasa, 16 Agustus.
Menurut Iman, lama waktu guru mengajar di suatu sekolah pun menjadi faktor penentu pada sisi psikologi mereka masing-masing, yang bisa berdampak pada cara guru menghadapi siswa.
"Kadang-kadang, kalau guru sudah terlalu lama di (satu) sekolah itu kan dia ada rasa jenuh. Lalu, kalau guru yang baru pindah juga harus menyesuaikan. Yang tadinya di tempat yang baik-baik, pindah, ketemu dengan anak-anak nakal, kan bisa juga tempramennya berbeda," tutur Iman.
Sebagai informasi, seorang pelajar SMKN 1 kelas XII berinisial RH (18) mendapati luka lebam di mata akibat dianiaya salah satu oknum guru berinisial HT di sekolahnya.
Ramdhani, orang tua korban mengatakan, anaknya dianiaya di dalam ruang guru olahraga Jumat 12 Agustus.
"Anak saya mengalami luka memar dibagian mata sebelah kanan, terus bibirnya juga terluka. Kami juga sudah visum ke RSCM Jakarta Pusat," kata Ramdhani saat dikonfirmasi wartawan, Senin, 15 Agustus.
Ramdhani melanjutkan, kejadian itu berawal saat oknum guru berinisial HT mendapat kabar bahwa ada pemalakan yang dilakukan RH terhadap adik kelasnya.
BACA JUGA:
"Anak saya saja tidak tahu masalah adanya pemalakan yang menimpa murid kelas X. Pas di panggil terus ditanya anak saya, kemudian anak saya jawab tidak tahu," ujarnya.
Setelah anaknya menjawab tidak tahu, lanjut anggota TNI itu, oknum guru langsung menampar RH. Tidak hanya itu, RH juga dipukul pada bagian dada dan dibalikkan badannya hingga diinjak.