Pengakuan Irjen Ferdy Sambo: Marah dan Emosi Dapat Laporan dari Istri soal Tindakan yang Lukai Martabat Keluarga
Irjen Ferdy Sambo/DOK Humas Polri

Bagikan:

JAKARTA - Tim khusus (timsus) Polri rampung memeriksa Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka kasus pembunuhan terhadap Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J. Dalam pengakuannya, pemicu perencanaan pembunuhan itu disebut Irjen Ferdy Sambo karena emosi adanya aksi yang melukai harkat dan martabat keluarganya.

"Bahwa di dalam keterangannya, tersangka FS mengatakan bahwa dirinya menjadi marah dan emosi setelah mendapat laporan dari istrinya PC (Putri Chandrawathi) yang telah mengalami tindakan yang melukai harkat dan martabat keluarga," ujar Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian Djajadi kepada wartawan, Kamis, 11 Agustus.

Kepada timsus, Irjen Sambo menyebut tindakan yang dianggap melukai harkat dan martabat terjadi di Magelang. Tetapi, tak dirinci bentuk tindakan dari Brigadir J.

"Yang terjadi di Magelang yang dilakukan oleh Almarhum Yosua," ungkapnya.

Atas alasan itu, jenderal bintang dua itu merencanakan pembunuhan terhadap Brigadir J. Irjen Ferdy Sambo memanggil Bharada RE dan Bripka RR untuk mengeksekusi Brigadir J.

"Oleh karena itu tersangka FS memanggil tersangka RR dan tersangka RE untuk melakukan pembunuhan untuk merencakanakan pembunuhan terhadap almarhum Yosua," kata Andi.

Dalam kasus pembunuhan Brigadir J, timsus menetapkan empat tersangka. Mereka antara lain, Irjen Ferdy Sambo, Bharada Richard Eliezer (Bharada E), Bripka Ricky (RR), dan Kuat Maruf.

Dalam kasus ini, seluruh tersangka dijerat dengan Pasal 340 subsider 338 KUHP juncto Pasal 55 dan 56 KUHP.

Selain itu dalam penanganan kasus ini, ada 31 personel Polri yang dinyatakan melanggar kode etik dalam penanganan kasus pembunuhan Brigadir J. Bahkan, 11 perwira di antaranya ditempatkan di ruang khusus.