JAKARTA - Ketua Satgas Monkeypox Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Hanny Nilasari mengungkapkan orang yang telah terpapar cacar monyet (monkeypox) setelah sembuh masih bisa terpapar kembali atau reinfeksi.
Sebab, cacar monyet merupakan penyakit infeksi virus yang tergolong ke dalam genus orthopoxvirus, seperti virus variola yang menyebabkan penyakit cacar (smallpox)/
"Terkait reinfeksi monkeypox, jadi hamir sama dengan infeksi virus lain. Apabila saat infeksi virus, ada gejala, dan tubuh akan bentuk antibodi, apa ada kemungkinan (reinfeksi)? Bisa," kata Hanny dalam diskusi virtual, Jumat, 5 Agustus.
Namun, peluang untuk reinfeksi cacar monyet pada tiap orang berbeda-beda. Hal ini, ucap Hanny, tergantung pada kondisi kekebalan tubuh masing-masing.
"Tubuh punya antibodi untuk masa tertentu. Kecuali dia punya kondisi defisinesi imun tubuh, daya tahannya lemah, makanya bisa reinfeksi berulang," ujar Hanny.
Hanny menuturkan, cacar monyet ditularkan melalui sentuhan fisik dari kulit ke kulit dengan penderita. Virus cacar monyet ditularkan melalui cairan yang melepuh atau bercak merah dari orang yang terinfeksi.
Gejala umum cacar monyet biasanya ditandai demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau selangkangan dan ruam atau lesi kulit.
Ada pun angka kematian atau case fatality penderita cacar monyet disebutkan antara 0 sampai 16 persen. Hanny mengungkapkan terdapat sejumlah komplikasi pada penderita cacar monyet yang memperparah gejala hingga kematian.
"Komplikasi yang paling sering adalah pada infeksi sekunder, saluran pernafasan, sepsis atau infeksi semua tubuh darah tercemar, infeksi di otak, dan infeksi di mata. Itu yang menyebabkan case fatality ratenya," urai Hanny.
"Jadi tergantung lokasi komplikasinya di mana. Kalau ada di otak atau meneyrang semua, tubuh artinya terjadi sepsis. Maka, angka kematian tinggi," lanjutnya.
BACA JUGA:
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan status darurat kesehatan masyarakat global terkait penyakit cacar monyet. Saat ini terdapat lebih dari 18.000 kasus cacar monyet secara global di 78 negara, mayoritas di Eropa.
Dalam hal ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan surat edaran agar waspada terhadap cacar monyet di negara non endemik. Nantinya, ada jalur pembatasan untuk melakukan pengawasan ketat sejak dini.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan bahwa anak lebih rentan terpapar virus cacar monyet atau monkeypox. Namun, bukan berarti orang dewasa bisa terhindar dari penyakit ini.
Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan Indonesia memiliki potensi besar terhadap penyakit cacar monyet, terutama di populasi yang berisiko tinggi seperti penyuka sesama jenis hingga pekerja seks komersial.
"Komunitas itu ada di semua negara dan 96 persen kasus cacar monyet memang dari kontak dengan kelompok tersebut, dan di Indonesia ada kelompok tersebut," ucap Dicky.