Nancy Pelosi Terbang: China Gelar Latihan Militer, Termasuk Uji Coba Rudal, Mengelilingi Taiwan di Enam Zona Mulai Hari Ini hingga Minggu
Fregat Yueyang (FF 575) milik Angkatan Laut PLA China. (Wikimedia Commons/U.S. Navy/Mass Communication Specialist 1st Class Shannon Renfroe)

Bagikan:

JAKARTA - China diperkirakan akan memulai serangkaian latihan tembak-menembak yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang secara efektif akan memblokade pulau Taiwan, hanya beberapa jam setelah kepergian ketua DPR AS, Nancy Pelosi, yang kunjungan kontroversialnya minggu ini telah memicu kekhawatiran akan krisis di selat Taiwan.

Penerbangan Pelosi mengambil jalur tidak langsung dari Kuala Lumpur, dengan jalan memutar melewati Indonesia dan Filipina, menghindari Laut Cina Selatan, untuk terbang ke Taiwan. Ada kekhawatiran bahwa China mungkin mengirim pesawat PLA untuk mencegat atau membuntuti pesawatnya ke wilayah udara Taiwan.

Taiwan telah menandai latihan tersebut, yang akan berlangsung mulai Kamis hingga Minggu sore, dan akan mencakup uji coba rudal dan "operasi militer" lainnya sedekat sembilan mil ke garis pantai Taiwan - sebagai pelanggaran hukum internasional.

Menjelang latihan, dikatakan 27 pesawat tempur China telah memasuki zona pertahanan udaranya.

Nancy Pelosi tiba di Taipei pada Selasa malam di bawah pengawasan global yang ketat. Dia berbicara di parlemen Taiwan pada hari Rabu sebelum mengadakan pertemuan publik dan pribadi dengan presiden, Tsai Ing-wen.

"Delegasi kami datang ke Taiwan untuk memperjelas bahwa kami tidak akan meninggalkan Taiwan, dan kami bangga dengan persahabatan kami yang bertahan lama," kata Pelosi pada Hari Rabu, ketika dia diberi penghargaan sipil tertinggi Taiwan oleh Presiden Tsai, dikutip dari The Guardian 4 Agustus.

Dia mengatakan solidaritas AS dengan Taiwan “penting” dalam menghadapi China yang semakin otoriter. Dalam pernyataan selanjutnya, dia mengatakan China tidak dapat mencegah para pemimpin dunia melakukan perjalanan ke Taiwan "untuk menghormati demokrasi yang berkembang".

militer china
Ilustrasi militer China. (Wikimedia Commons DoD/U.S. Air Force/Staff Sgt. D. Myles Cullen)

Saat pesawat Pelosi lepas landas dari bandara Songshan pada Rabu malam, Taiwan menghadapi aktivitas militer berhari-hari yang mengancam akan meningkat menjadi krisis selat Taiwan keempat.

Kementerian Pertahanan Taiwan menuduh Beijing berencana melanggar konvensi internasional tentang hukum laut, dengan melanggar wilayah kedaulatan Taiwan.

Sementara militer China sering mengadakan latihan tembak-menembak di selat dan laut sekitarnya, yang direncanakan minggu ini mengelilingi pulau utama Taiwan dan daerah sasaran di dalam laut teritorialnya.

Veerle Nouwens, seorang peneliti senior di Royal United Services Institute, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di London, mengatakan lokasi enam zona eksklusi itu patut diperhatikan.

"Secara khusus, zona eksklusi tampaknya tidak lagi berfokus pada garis pantai China, melainkan mengelilingi Taiwan," katanya, seraya menambahkan bahwa China memiliki interpretasi yang berbeda mengenai undang-undang mana yang berlaku untuk apa yang dianggapnya sebagai zona maritimnya sendiri.

Pihak berwenang Taiwan mengatakan, kedekatan dengan beberapa pelabuhan utama dikombinasikan dengan perintah untuk semua pesawat dan kapal laut untuk menghindari daerah tersebut, merupakan blokade.

Latihan terbaru Beijing sedang diikuti oleh Taiwan, Amerika Serikat dan kekuatan regional lainnya, kata Nouwens.

"AS akan mencari penggunaan rudal konvensional PLA (Tentara Pembebasan Rakyat) dalam inventaris mereka, misalnya, apakah China akan melakukan uji coba rudal balistik anti-kapal atau menggunakan varian ASBM yang diluncurkan dari udara dan yang diluncurkan dari kapal?"

"Mereka juga akan memperhatikan jenis latihan, misalnya, apakah, seberapa sering dan seberapa jauh PLA melewati garis median, yang mereka lakukan hari ini melintasi garis median."

“Akhirnya, mereka juga akan berusaha untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang koordinasi PLA antara pasukan udara dan laut, terutama mengingat berbagai skenario yang telah mereka soroti yang akan mereka lakukan.”

Di seluruh wilayah, ada rasa ketidakpastian yang meningkat, dengan latihan tersebut juga membuat tetangga regional kesal. Analis Jepang mengatakan latihan di utara juga merupakan peringatan yang jelas bagi pemerintah mereka tentang pulau-pulau di mana Tokyo dan Beijing sama-sama mengklaim kepemilikannya.

"Rencana itu menunjukkan bahwa Kepulauan Sakishima, termasuk Yonaguni, Ishigaki dan Miyako, dapat dipengaruhi oleh operasi Tentara Pembebasan Rakyat karena mereka menganggap PLA beroperasi di timur Taiwan," terang Tetsuo Kotani, seorang profesor studi global di Universitas Meikai, kepada Japan Times.

Diketahui, Pemerintah Partai Komunis China yang berkuasa, yang menganggap Taiwan sebagai wilayahnya meskipun tidak pernah memerintah pulau itu, telah berulang kali memperingatkan pembalasan atas kunjungan tersebut.