JAKARTA - Direktur Utama BP Jamsostek Agus Susanto mengatakan, pandemi COVID-19 telah mempercepat tatanan hidup menuju era serba digital. Karena itu, perlu dilakukan kolaborasi agar teknologi digital ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk melayani pekerja Indonesia yang mengikuti jaminan sosial ketenagakerjaan.
"Apa yang kami lakukan tidak akan berarti bila tidak dapat dukungan dari semua pihak. Sangat penting untuk melakukan kolaborasi di tengah COVID-19. Seluruh insan BP Jamsostek dan seluruh elemen masyarakat (diharapkan) untuk bisa membantu operasional dan layanan," tuturnya, dalam diskusi virtual, Selasa, 10 November.
Menurut Agus, perubahan tatanan kehidupan yang serba digital di era pandemi COVID-19 ini juga berdampak pada layanan BP Jamsostek sebagai lembaga pelayanan publik.
"Tadinya kami berbasis pada physical touch, physical intervention, namun sekarang kami mengarah pada less human intervention, less human touch. Kami gantikan dengan teknologi. Ini lah cara kami untuk hidup berdampingan dengan COVID-19. Di era pandemi ini, kami harus bisa melakukan adaptasi di seluruh lini layanan dan operasional BP Jamsostek," katanya.
Di masa pandemi ini, kata Agus, layanan BP Jamsostek bertransformasi untuk mengoptimalkan teknologi digital. Mengingat, teknologi tidak dapat terpisahkan dari kehidupan saat ini. Transformasi ini, tentu saja untuk membantu operasional dan layanan di semua lini BP Jamsostek.
Lebih lanjut, BP Jamsostek juga memanfaatkan aset keduanya selain aset investasi yaitu data. "Kami punya big data. Ada 52 juta data yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang layanan dan operasional kami," tuturnya.
BACA JUGA:
Agus mengatakan, diperlukan pola pikir untuk membuat kolaborasi yang cerdas yaitu, mengolaborasi semua aspek, termasuk kanal-kanal digital.
"Misalnya BCA punya kanal digital, Angkasa Pura punya digital, yang lainnya juga. Mungkin kita bisa kolaborasikan," ucapnya.
Kata Agus, jika kanal-kanal digital tersebut dikolaborasikan, maka akan terbangun blockchain atau teknologi yang bersifat terdesentralisasi dan terdistribusi.
"Tak perlu blockchain raksasa, tapi marilah kita membangun blockchain untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia," tuturnya.