Epidemiolog Griffith University: PPKM Tetap Dibutuhkan Guna  Kendalikan COVID-19
ILUSTRASI ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tetap dibutuhkan sebagai salah satu faktor mengendalikan penularan COVID-19.

"PPKM penting karena terbukti efektif, apalagi status pandemi masih ada," kata Dicky Budiman dilansir ANTARA, Rabu, 20 Juli.

Menurut Dicky saat ini penerapan PPKM semakin memungkinkan untuk dilonggarkan, seiring meningkatnya kekebalan imunitas tubuh masyarakat terhadap risiko kesakitan akibat COVID-19.

Selain untuk membatasi aktivitas, kata Dicky, PPKM juga bisa jadi pengingat bagi masyarakat bahwa pandemi belum berakhir.

Dia mengatakan situasi pandemi di Indonesia akan bergantung pada situasi global, apalagi saat ini, di berbagai negara termasuk Asia ada kenaikan kasus COVID-19.

Dicky mengingatkan pemerintah jangan terburu-buru mengambil kesimpulan Indonesia bersiap transisi dari pandemi ke endemi.

Menurut Dicky faktor lain dalam keberhasilan mengendalikan pandemi adalah kepemimpinan dalam upaya membangun kepercayaan dan memberikan contoh perilaku yang sehat kepada masyarakat.

"Komunikasi risiko juga harus diperbaiki. Jangan sampai pejabat di level bawah membuat pernyataan atau kebijakan yang membingungkan publik," ujarnya.

Menurut Dicky, hal penting lainnya adalah testing, tracing, dan treatment (3T) harus ditingkatkan sehingga pencegahan jadi lebih maksimal dan masyarakat harus konsisten menerapkan protokol kesehatan.

"Kemudian, capaian vaksinasi dosis ketiga harus dikejar sebab terbukti efektif mencegah keparahan dan kematian. Data menyebutkan, meski kasus tinggi tapi orang yang masuk ICU dan meninggal dari varian dan sub varian rendah," katanya.

Dicky mengatakan bila Indonesia Indonesia berada pada ancaman krisis kesehatan yang berkelanjutan bila tidak ada inisiatif mengambil pelajaran dari setiap gelombang yang terjadi.

Menurut dia, perlu mengubah perilaku ke arah hidup yang lebih sehat dan tidak menganggap pandemi akan berlalu. "Potensi ancaman yang akan dihadapi adalah krisis berkelanjutan. Kerusakan berkelanjutan bisa tersebar di banyak sektor. Ini tidak main-main. Itu yang dikhawatirkan peneliti global security," katanya.

Dicky mengatakan banyak negara di dunia yang tidak mengambil pelajaran dari situasi pandemi, sehingga jadi ancaman karena setiap negara punya kemampuan berbeda dalam bertahan di situasi krisis.

"Dalam merespons pandemi, yang kita lihat dan tuju adalah jangka panjang, termasuk dampak penurunan kualitas kesehatan masyarakat. Ini harus diperhatikan, disadari dan dibangun literasinya," katanya.