JAKARTA - Ketua DPD Partai Golkar Maman Abdurrahman mengatakan pasangan calon presiden (capres) dan wakil yang diusung partainya di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 harus berisi kombinasi dari figur partai dan sosok populer. Langkah ini penting karena jika hanya mengandalkan popularisme idealisme calon bisa tergeser.
"Kita harus hati-hati pada saat kita sekadar memilih calon yang sekadar populer saja. (Karena, red) akhirnya idealisme yang dimiliki si calon, si presiden terpilih, nanti mau tidak mau harus sedikit digeser karena harus dibangun kompromi, kompromi politik," kata Maman dalam diskusi yang digelar Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) secara daring, Rabu, 20 Juli.
Maman mengatakan capres dan cawapres ini nantinya harus berkonsolidasi dengan partai politik lain. Sehingga, perlu memiliki basis partai politik.
Tapi, dia mengingatkan, jangan sampai ada penumpang gelap. "Ini banyak contoh kasus bahwa dia bukan figur partai yang kita dukung, setelah jadi cenderung akhirnya bergeser dari idealisme-idealisme amanah partai," ujar Maman.
Sehingga, capres-cawapres di Pemilu 2024 sebaikya berasal dari kombinasi figur partai dan populer. "Yuk, pada satu titik kompromi, kita satukan antara figur partai dengan figur non partai," ungkap Maman.
"Di mana titik temunya? Siapapun yang menjadi Presiden RI ke depan (yang, red) terpilih tidak boleh lagi harus terganggu waktunya untuk melakukan konsolidasi politik dan adaptasi politik yang cenderung memakan waktu lama. Kombinasi figur partai-populer dapat menjadi solusi," sambungnya.
BACA JUGA:
Sebelumnya, ARSC menyebut publik ingin Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 diikuti lebih dari dua pasang calon. Keinginan ini dicuplik dari respons 1.225 responden.
Peneliti ARSC Bagus Balghi mengatakan 29,9 persen responden menyebut Pilpres 2024 ideal untuk diikuti dua pasang calon. Sementara sisanya memilih tiga pasang calon atau lebih.
"32,3 persen memilih Pilpres 2024 diikuti tiga pasangan dan 18,4 persen diikuti empat pasangan," kata Bagus saat merilis hasil survei secara daring, Rabu, 20 Juli.
Sementara sisanya, 13,2 persen responden menyatakan terserah dan sisanya 3,8 persen menyebut tidak tahu dan 2,3 persen tidak menjawab.
"Lebih dari dua pasangan calon dominan diharapkan oleh publik di Pemilu 2024 mendatang," jelas Bagus.
Lebih lanjut, Bagus mengatakan kombinasi figur ketua umum dengan figur populer di survei disetujui 65,1 persen dan tidak disetujui 34,9 persen.
Sementara untuk figur populer di survei-figur pimpinan partai politik disetujui 60 persen dan tidak disetujui 40 persen responden. Kemudian, kedua figur pemimpin partai politik disetujui 50,2 persen dan keduanya figur populer disetujui 63,4 persen.