JAKARTA - Yunani sedang dalam pembicaraan lanjutan dengan Israel untuk membeli sistem rudal untuk digunakan mengantisipasi Turki, media lokal melaporkan Senin.
Kesepakatan untuk rudal non-line-of-sight (NLOS) Spike yang diproduksi oleh perusahaan Israel Rafael Advanced Defense Systems Ltd. diharapkan akan segera ditandatangani, outlet berita Yunani Newsport melaporkan.
Diketahui, sebanyak 27 sistem dengan biaya 370 juta euro atau setara 374,8 juta dolar Amerika Serikat, akan mulai tiba di negara itu pada awal 2023, katanya.
Outlet berita tersebut mengatakan, sistem rudal akan dikerahkan ke unit darat yang ditempatkan di wilayah Evros timur laut Yunani, dekat Sungai Maritsa (Meriç) yang berbatasan dengan Turki dan di pulau-pulau Aegean.
Disebutkan pula, helikopter serang AH-64 dan kapal patroli Mark V yang baru-baru ini disediakan oleh Amerika Serikat akan dilengkapi dengan rudal Spike NLOS, melansir Daily Sabah 19 Juli.
Yunani baru-baru ini juga menandatangani beberapa kesepakatan senjata besar dengan Israel untuk pembelian drone, dengan Prancis untuk pembelian pesawat tempur Rafael, serta dengan Amerika Serikat untuk peningkatan jet tempur F-16 ke konfigurasi Viper terbaru.
Tak hanya itu, belum lama ini Yunani juga mengajukan surat ketertarikan kepada Amerika Serikat untuk membeli setidaknya 20 jet tempur siluman F-35.
Meskipun mengatakan bahwa mereka tidak berniat memasuki perlombaan senjata dengan tetangganya dan sekutu NATO Turki, Yunani terus melakukan program persenjataan yang ambisius untuk angkatan bersenjatanya.
Sementara, Turki telah sering memperingatkan Yunani agar tidak terlibat dalam perlombaan senjata, sebaliknya menawarkan untuk menyelesaikan semua masalah luar biasa, termasuk di Aegea, Mediterania Timur dan Siprus, melalui dialog.
Turki tidak akan melepaskan haknya di Laut Aegea dan tidak akan ragu untuk menggunakan kekuatannya yang berasal dari perjanjian internasional, kata Presiden Recep Tayyip Erdoğan bulan lalu, saat menghadiri latihan militer Efes-2022 yang diadakan di Pantai Aegea.
Mengomentari kebangkitan ketegangan yang telah berlangsung lama antara tetangga Laut Aegea, dia mengatakan Yunani harus berhenti mempersenjatai pulau-pulau dengan status nonmiliter dan mematuhi perjanjian internasional.
"Saya memperingatkan Yunani untuk menghindari mimpi, tindakan, dan pernyataan yang akan menghasilkan penyesalan. Sadarlah," jelas Presiden Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi saat mengamati latihan militer Turki di pantai barat provinsi Izmir.
BACA JUGA:
"Turki tidak akan melepaskan haknya di Laut Aegea dan tidak akan mundur dari penggunaan hak yang ditetapkan oleh perjanjian internasional ketika menyangkut mempersenjatai pulau," tegas Presiden Erdogan.
Diketahui, Turki dan Yunani berselisih atas sejumlah masalah, termasuk klaim yang bersaing atas yurisdiksi di Mediterania Timur, klaim yang tumpang tindih atas landas kontinen mereka, batas laut, ruang udara, energi, pulau Siprus yang terpecah secara etnis, status pulau-pulau di Laut Aegea dan para migran.
Ketegangan berkobar lagi bulan lalu, ketika Presiden Erdogan mengatakan Perdana Menteri Yunani Mitsotakis 'tidak ada lagi' baginya, menuduh Mitsotakis mencoba memblokir penjualan jet tempur F-16 AS ke Turki selama kunjungan ke Amerika Serikat.