Anies Kembali Ganti Dirut PAM Jaya di Tengah Rencana Putus Kontrak Swastanisasi Air
Direktur Utama BUMD PAM Jaya. (dok Humas Pemprov DKI)

Bagikan:

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merombak jabatan Direktur Utama BUMD PAM Jaya. Anies memberhentikan Syamsul Bachri Yusuf dari jabatan Direktur Utama PAM Jaya dan menggantikannya dengan Arief Nasrudin.

Penggantian posisi Dirut PAM Jaya kembali dilakukan di tengah rencana Pemprov DKI Jakarta menghentikan kontrak pengelolaan air minum dengan mitra swasta Palyja dan Aetra atau swastanisasi air.

Jabatan Syamsul sebagai pimpinan PAM Jaya belum berlangsung lama. Sebelumnya, Syamsul diangkat Anies sebagai dirut pada Desember 2021 menggantikan Priyatno Bambang Hernowo pada Desember 2021.

Penggantian jabatan ini disampaikan oleh Plt. Kepala Badan Pembinaan Badan Usaha Milik Daerah (BP BUMD) Provinsi DKI Jakarta, Budi Purnama.

Hal ini, kata Budi, merupakan salah satu langkah strategis dalam masa transisi dan transformasi di tubuh PAM Jaya untuk memperluas cakupan layanan.

“Penggantian Dirut PAM Jaya merupakan bagian dari upaya dan strategi yang dilakukan pemilik modal untuk menempatkan pengurus PAM Jaya yang memiliki integritas, dedikasi, kompetensi yang handal, profesional dan pengalaman dalam rangka menyiapkan proses transisi dan transformasi yang baik,” kata Budi dalam keterangannya, Sabtu, 16 Juli.

Budi menyebut, Anies menilai Arief Nasrudin yang sebelumnya telah memiliki pengalaman dan rekam jejak panjang selaku Direktur Utama Pasar Jaya memenuhi kriteria yang dibutuhkan dalam mengemban jabatannya.

"Ia diharapkan mampu bekerja sama dengan semua stakehorlders dalam menyelesaikan proses transisi dan transformasi sesuai peraturan perundang-undangan,” ucap Budi.

Budi bilang, berakhirnya kerja sama antara PAM Jaya dengan Palyja dan Aetra pada 31 Januari 2023 menuntut persiapan dan kesiapan dari semua stakeholder perusahaan, baik itu Direksi dan Dewan Pengawas, Manajemen dan Karyawan, Pemerintah bahkan masyarakat Jakarta.

Apalagi, setelah kerja sama berakhir, PAM JAYA menghadapi pekerjaan besar untuk mencapai cakupan pelayanan hingga 100 persen pada tahun 2030.

“Pada masa transisi (pengakhiran), kunci keberhasilan pelaksanaanya berada pada peran masing-masing perusahaan di mana setiap perusahaan dituntut untuk dapat saling bekerja sama, proaktif, dan partisipatif, serta adaptif dalam melakukan proses transisi," urai Budi.

"Sedangkan pada masa transformasi, PAM Jaya harus memastikan pelayanan tetap berjalan tanpa terganggu dengan proses perubahan yang dilakukan,” lanjutnya.

Untuk diketahui, saat ini cakupan pemenuhan layanan air di Jakarta oleh PAM JAYA masih sebesar 65 persen dengan jumlah sambungan baru sebanyak 909.600 pelanggan dan air yang di produksi sebanyak 20.757 liter perdetik.

Untuk mencapai cakupan layanan 100 persen, PAM Jaya membutuhkan tambahan air sekitar 11.150 liter perdetik.