Indonesia Resesi, Kadin: Pemerintah Wajib Gelontorkan BLT untuk Dorong Daya Beli
Ilustrasi. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kamar dagang dan industri Indonesia (Kadin) mengatakan, jika Indonesia mengalami resesi, dunia usaha akan semakin sulit. Karena itu, pemerintah diminta untuk memberikan bantuan langsung tunai (BLT) guna mendorong daya beli masyarakat.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang CSR dan Persaingan Usaha Suryani S Motik mengatakan, bantuan langsung tunai lebih terasa dampaknya dalam mendorong daya beli dibandingkan bantuan sosial berupa barang.

Lebih lanjut, Suryani mengatakan, bahwa jika pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk barang pergerakan ekonomi hanya terjadi di tingkat industri. Sedangkan, di tingkat masyarakat tidak terjadi.

"Untuk mendorong daya beli masyarakat di tingkat bawah, pemerintah suka tidak suka harus memberi bantuan langsung tunai. Jangan berikan bantuan barang lagi-lagi, karena BLT yang mampu tingkatkan daya beli," katanya dalam diskusi virtual, Rabu, 4 November.

Di masa krisis seperti saat ini, kata Suryani, bantuan langsung tunai sangat membantu kelas menengah untuk bertahan.

Suryani mengatakan, di tingkat hulu pemerintah juga harus melanjutkan stimulus yang telah diberikan hingga 2021. Kemudian, juga melakukan revisi stimulus. Tujuannya, untuk memastikan jaring pengaman tepat sasaran di tengah ketidakpastian kapan pandemi selesai.

"Kita tidak tahu kapan puncaknya pandemi. Apakah akan ada second wave, kapan berakhirnya, yang jelas 2021 nuansanya masih tetap survival, mood-nya masih resesi. Oleh sebab itu perlu tetap dilanjutkan stimulus," katanya.

Dalam ilmu ekonomi, suatu negara bisa disebut mengalami resesi jika ekonominya minus dalam dua kuartal berturut-turut. Pada kurtal II Indonesia mengalami kontraksi cukup dalam yaitu 5,3 persen, jika di kuartal III ekonomi masih berada di zona negatif maka Indonesia resmi masuk jurang resesi.

Seperti diketahui, pada kuartal III 2020, Kemenkeu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi antara minus 2,9 persen hingga minus satu persen. Sementara untuk keseluruhan tahun ini, ekonomi diperkirakan antara minus 1,7 persen sampai dengan minus 0,6 persen.