JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta masyarakat tidak ragu mengirim anak-anaknya untuk menempuh pendidikan di pesantren. Menyusul imbas dari kasus pencabulan yang dilakukan Moch Subchi Azal Tsani (MSAT) alias Mas Bechi kepada santriwati di Pondok Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah, Jombang, Jawa Timur.
Ketua Bidang Fatwa MUI, Asrorun Ni’am Sholeh, mengatakan pesantren tetap menjadi alternatif pendidikan terbaik untuk anak. Karena pengasuhan di pesantren berbasis keteladanan, dengan semangat kebersamaan, kesederhanaan, serta kedisiplinan dengan pembiasaan akhlak baik.
"Saya mengimbau kepada segenap orang tua untuk tidak ragu menempatkan anaknya di pesantren sebagai alternatif terbaik tempat pendidikan dan pengasuhan putra-putrinya," ujar Ni'am dalam keterangannya, Senin, 11 Juli.
Ni'am menambahkan, pesantren tetap pilihan terbaik untuk pendidikan karakter. Sebab pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengintegrasikan pendidikan formal, informal, dan nonformal dengan pendekatan keteladanan serta pengasuhan yang terintegrasi.
Pengasuh Pesantren Al-Nahdlah itu justru menyarankan kepada setiap orang tua, agar lebih selektif dalam memilih pondok pesantren sebelum menempatkan putra putrinya di sana. Misalnya, kata Ni'am, dengan mengetahui kurikulum dan metode yang dipakai untuk pengajaran.
"Sebelum menempatkan anak, orang tua harus memahami dan mengetahui kondisi faktual pesantren, mulai dari siapa saja pengasuhnya, mata pelajaran yang diajarkan, serta aktivitas kesehariannya," kata Ni'am.
Ni'am juga meminta para pemilik pondok pesantren untuk memperkuat tata kelola dan optimalisasi pelayanan pesantren. Menurutnya, hal ini dapat membebaskan lingkungan pondok pesantren dari kekerasan seksual.
"Pengasuh pesantren juga perlu menguatkan tata kelola kepesantrenan untuk mengoptimalkan khidmat dan layanan pendidikan dan pengasuhan," pungkasnya.