JAKARTA - Korea Aerospace Industries (KAI) siap untuk melakukan uji terbang perdana KF-21 Boramae akhir bulan ini, seiring dengan program jet tempur KF-X domestik telah berjalan sesuai rencana.
Rencana tersebut diungkapkan dalam acara dengan media, mdi mana KAI, satu-satunya produsen pesawat nasional, juga melakukan uji coba landasan pacu publik pertama jet tempur di kantor pusatnya di Sacheon, Provinsi Gyeongsang Selatan.
Diketahui, hingga saat ini terdapat enam prototipe terbang KF-21 Boramae telah diluncurkan.
"Tes penerbangan pertama diperkirakan akan berlangsung pada minggu ketiga atau keempat Juli," kata Kim Nam-shin, manajer senior Divisi Program KF-X di KAI, melansir Korea Times 9 Juli.
"Jika itu terjadi, uji terbang akan dilakukan selama sekitar tiga hari," sambungnya.
Program KF-X bertujuan untuk memproduksi 120 jet tempur multi-peran canggih untuk menggantikan armada F-4 dan F-5 Angkatan Udara Republik Korea pada tahun 2032.
Korea Selatan dan Indonesia menandatangani kesepakatan pada tahun 2010 untuk bekerja sama dalam proyek tersebut, di mana Jakarta akan mendanai 20 persen dari total biaya pengembangan sebesar 8,8 triliun won (6,76 miliar dolar AS), dengan imbalan sejumlah pesawat yang akan diproduksi di dalam negeri untuk Angkatan Udara Indonesia, serta transfer teknologi.
Namun, jumlah spesifik akan diputuskan tergantung pada pendanaan Jakarta untuk bagiannya, menurut Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA).
Untuk diketahui, jet tempur KF-21 menggunakan berbagai teknologi canggih, termasuk radar array yang dipindai secara elektronik aktif yang melacak banyak target dengan komponen yang lebih canggih dan efisien.
Pesawat ini juga memiliki sistem pencarian dan pelacakan inframerah yang mendeteksi target terbang rendah yang memancarkan radiasi inframerah, termasuk rudal anti-kapal.
Tergolong sebagai pesawat tempur generasi 4,5, KF-21 Boramae akan dilengkapi dengan rudal udara-ke-udara seperti AIM-2000 oleh Diehl yang berbasis di Jerman dan Meteor oleh MBDA Inggris. Selain itu, kemampuan tempur udara-ke-permukaan akan ditambahkan selama fase kedua proyek dari tahun 2026 hingga 2028.
Menurut KAI, penerbangan pertama akan berlangsung sekitar 40 menit, dengan enam prototipe akan melakukan 2.000 sorti gabungan di perairan barat dan selatan hingga tahun 2026.
Perusahaan tersebut melanjutkan, KF-21 akan menjalani uji kelayakan tempur "tentatif" satu tahun tahun ini, dengan tujuan untuk mencapai kesesuaian tempur terakhirnya pada tahun 2026 prosedur utama dari proses pengembangan bertahap.
Sementara mMenurut DAPA, produksi massal jet tempur yang dikembangkan di dalam negeri diperkirakan akan bertahan hingga 2032.
Badan pengadaan senjata mengakui bahwa daya saing harga menjadi pertimbangan utama proyek tersebut.
BACA JUGA:
"Kami sedang dalam pembicaraan dengan perusahaan mitra mengenai harga dan biaya akhir akan diputuskan cepat atau lambat," ungkap seorang pejabat DAPA.
"Karena pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina, biaya bahan baku meningkat, tetapi kami berusaha mencegahnya memengaruhi harga secara negatif," lanjutnya.
Seiring dengan rencana uji terbang, KAI berhasil menyelesaikan uji darat.
"Pengujian di darat bertujuan untuk memeriksa integritas dasar dan pengoperasian pesawat," pungkas Kim.