Kesulitan Staf, Jaringan Hotel Top di Eropa Berburu Pekerja: Tidak Perlu Pengalaman, Langsung Diterima Kerja
Ilustrasi hotel di Eropa. (Unsplash/Andrei Ianovskii)

Bagikan:

JAKARTA - Jaringan hotel top Eropa mempekerjakan pekerja tanpa pengalaman atau bahkan resume, karena para eksekutif mengakui bertahun-tahun staf yang dibayar rendah memilih hengkang, membuat mereka tidak dapat memenuhi permintaan perjalanan pasca-pandemi.

Ribuan pekerja meninggalkan industri perhotelan ketika perjalanan internasional ditutup selama pandemi COVID-19. Banyak yang memilih untuk tidak kembali, mencari pekerjaan yang dibayar lebih baik di tempat lain, membuat para pelaku bisnis perhotelan menghadapi kekurangan yang mendesak.

Pengelola hotel terbesar di Eropa Accor, menjalankan inisiatif uji coba untuk merekrut orang-orang yang sebelumnya tidak pernah bekerja di industri ini, kata Chief Executive Sebastien Bazin dalam sebuah wawancara dengan Reuters di Qatar Economic Forum bulan lalu.

Accor, yang mengoperasikan merek seperti Mercure, ibis dan Fairmont di lebih dari 110 negara, membutuhkan 35.000 pekerja secara global, katanya.

"Kami mencoba di Lyon dan Bordeaux sepuluh hari yang lalu dan akhir pekan ini kami memiliki orang-orang yang diwawancarai tanpa resume, tanpa pengalaman kerja sebelumnya dan mereka dipekerjakan dalam waktu 24 jam," kata Bazin, melansir Reuters 4 Juli.

Dalam jangka pendek, Accor mengisi peran di Prancis dengan kaum muda dan migran sambil juga membatasi layanan yang diberikan oleh hotel, misalnya restoran.

"Ini mahasiswa, orang-orang yang datang dari Afrika Utara,. Dan pada dasarnya menutup restoran untuk makan siang atau (membukanya) hanya lima hari seminggu. Tidak ada solusi lain," tukas Bazin.

Para rekrutan baru diberikan enam jam pelatihan dan belajar di tempat kerja, katanya.

hotel di eropa
Ilustrasi hotel di Eropa. (Unsplash/Oswald Elsaboath)

Kekurangan staf sangat mendesak terjadi di Spanyol dan Portugal, di mana pariwisata masing-masing menyumbang 13 persen dan 15 persen dari output ekonomi sebelum pandemi.

Para pelaku bisnis perhotelan di sana menawarkan gaji yang lebih tinggi, akomodasi gratis hingga fasilitas seperti bonus dan asuransi kesehatan.

"Banyak karyawan telah memutuskan untuk pindah ke sektor lain, jadi kami memulai industri dari awal dan kami harus berjuang untuk mendapatkan bakat," kata Gabriel Escarrer, CEO hotelier Spanyol Melia, kepada wartawan di Madrid.

Untuk menarik staf, perusahaannya baru-baru ini menyediakan akomodasi, terkadang di kamar hotel, karena kekurangan perumahan sewa di dekat resornya.

Sementara itu, pengusaha hotel yang lebih kecil menghadapi tantangan kepegawaian yang serupa.

Direktur operasi Hotel Mundial, salah satu hotel paling ikonik di Lisbon, mengatakan saat ini sedang berusaha merekrut 59 pekerja. Tanpa staf yang cukup, dia khawatir beberapa hotel akan memangkas jumlah tamu dan berbagai fasilitas yang bisa mereka berikan.

"Jika tidak bisa merekrut, kami harus memotong layanan. Ini sangat disesalkan dan dramatis untuk industri yang tidak memiliki pendapatan selama dua tahun terakhir," paparnya.

Industri katering Spanyol kekurangan 200.000 pekerja dan hotel-hotel Portugis membutuhkan setidaknya 15.000 lebih banyak orang untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, menurut asosiasi perhotelan nasional.

"Solusinya pasti membayar lebih," terang Jose Luis Yzuel, dari asosiasi sektor jasa katering.

Upaya sedang dilakukan untuk memikat pekerja kembali. Di Spanyol, bar dan restoran meningkatkan upah pekerja hampir 60 persne pada kuartal pertama dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data resmi. Tetapi industri pariwisata masih merupakan sektor yang membayar karyawan paling rendah, sekitar 1.150 euro (1.200 dolar AS) per bulan.

Adapun di negara tetangga Portugal, gaji untuk pekerja perhotelan diperkirakan meningkat 7 persen tahun ini, menurut survei oleh bank sentral dan Institut Statistik Nasional, tetapi upah rata-rata di sektor ini adalah 881 euro per bulan, di atas upah minimum 705 euro.

Bazin mengatakan, sementara hotel hanya terisi 60 persen atau 70 persen, mereka dapat mengatasi kekurangan staf, tetapi waktu kritis akan datang ketika mereka sudah penuh dipesan.

"Masalah yang saya miliki adalah, ketika saya tahu antara awal Juli hingga akhir Agustus kami akan terisi 100 persen, bisakah saya melayani semua orang?" dia berkata.

Di masa lalu, industri tidak membayar cukup atau fokus pada pengembangan staf, ungkap Bazin.

"Setengahnya adalah kami buta, kami tidak memperhatikan banyak orang dan mungkin membayar terlalu rendah beberapa orang terlalu lama. Jadi ini adalah panggilan untuk bangkit," pungkasnya.