Bagikan:

JAKARTA - Sejumlah perusahaan Amerika Serikat (AS) termasuk Walt Disney Co hingga Tesla menjamin seluruh biaya yang dikeluarkan karyawatinya jika terbang ke negara bagian AS lain untuk menjalani prosedur aborsi.

Mahkamah Agung (MA) AS baru saja mencabut hak aborsi terhadap perempuan alias Roe v Wade pada 24 Juni lalu. Kebijakan diperbolehkannya aborsi di AS sebelumnya telah diatur secara konstitusional sejak 1973.

Reuters dalam laporannya menyebutkan, keputusan itu menjadi kemenangan penting Partai Republik dan konservatif agama AS yang ingin membatasi atau melarang aborsi di AS sejak dahulu.

Di satu sisi, aturan baru itu membuat kalangan buruh atau karyawan perempuan dilematis. Mereka mau tidak mau harus melakukan perjalanan ke negara bagian AS lain yang melegalkan prosedur itu, jika ingin mengakses perawatan reproduksi termasuk aborsi.

Ancaman hukum imbas dicabutnya Roe v Wade memang tidak main-main. Di negara bagian Oklahoma, mereka yang menyediakan prosedur atau individu yang ketahuan aborsi diganjar sanksi denda senilai USD 100 ribu, atau kurungan maksimal 10 tahun penjara. Aturan itu sudah diundang-undangkan dan akan mulai berlaku penuh Agustus mendatang.

Namun larangan tersebut tetap ada pengecualiannya. Oklahoma memperbolehkan aborsi dengan syarat individu mengalami kondisi darurat medis.

Tak seperti Oklahoma, New York dan Maryland mendeklarasikan diri sebagai wilayah AS yang memperbolehkan warganya untuk aborsi.

Kebijakan pro terhadap hak aborsi di New York dan Maryland juga diikuti sejumlah perusahaan di AS.

Walt Disney Co menjadi salah satu yang berkomitmen untuk melindungi karyawatinya mendapatkan akses komprehensif ke perawatan kesehatan, termasuk untuk prosedur aborsi.

Juru bicara Disney Co menyatakan, perusahaan akan menutupi biaya  karyawatinya yang terbang ke negara bagian AS lain, untuk mendapatkan akses aborsi. Pengumuman itu disampaikan Disney Co usai keputusan Roe v Wade diketok MA AS.

Begitu juga Meta. Perusahaan yang dahulu bernama Facebook ini, menjamin seluruh biaya perjalanan karyawatinya yang ingin mendapatkan perawatan reproduksi, termasuk aborsi di negara bagian AS yang melegalkan prosedur itu.

Namun, sebelum melakukannya, juru bicara Meta mengatakan, perusahaan akan memberikan input dan saran kepada karyawatinya mengingat kompleksitas hukum dari larangan aborsi.

Meski demikian, perusahaan yang memperjuangkan hak aborsi karyawatinya tetap tidak dapat lepas dari ancaman pidana. Perusahaan yang mengganti biaya aborsi karyawatinya rentan terhadap tuntutan hukum.

Adapun tuntutan hukum itu bisa datang dari kelompok anti-aborsi dan negara bagian yang dipimpin politikus Partai Republik.

Sejumlah pengacara dan pakar menganalisa. Ancaman bagi perusahaan yang pro terhadap hak aborsi berupa tuduhan melanggar undang-undang negara bagian, dituding memfasilitasi, atau dianggap membantu dan bersekongkol atas aborsi.

Namun, bayang-bayang jeratan hukum itu ternyata tidak melunturkan perusahaan yang pro hak aborsi. Perusahaan jaringan transportasi di AS yang menyediakan jasa berbagi tumpangan Lyft (LYFT.O) menyatakan, akan tetap melindungi konsumen dan pengemudi perempuannya.

Dalam waktu dekat, Lyft bakal membuat kebijakan perusahaan yang mengatur pengemudinya tidak menanyakan atau menekankan lokasi tujuan untuk melakukan hal apa.

Hal itu dilakukan Lyft untuk menutup kemungkinan karyawati suatu perusahaan terjerat hukum ketika melakukan perjalanan untuk menjalani aborsi.

"Tidak ada lagi pengemudi yang bertanya kepada penumpang [secara detail] ke mana mereka pergi dan mengapa," kata seorang juru bicara Lyft.

Selain yang telah disebutkan, perusahaan di AS yang melindungi dan menerapkan kebijakan pro hak aborsi para karyawatinya di antaranya Yelp (YELP.N), Microsoft Corp (MSFT.O), Tesla (TSLA.O), Apple (AAPL.O), Alaska Air Group (ALK.N) yang merupakan induk dari Alaska Airlines, Johnson & Johnson (JNJ.N), situs kencan online OkCupid and Bumble Inc (BMBL.O), Netflix Inc (NFLX.O) serta JPMorgan Chase & Co (JPM.N).