Demo Berkali-Kali, BEM SI: Harusnya Sadar Kenapa Masyarakat Marah
Aksi demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, 28 Oktober (Wardhany Tsa Tsia/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) merespons sindiran Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri soal generasi milenial yang kerap menggelar aksi unjuk rasa hingga terjadi kerusakan fasilitas publik.

Koordinator Kajian Isu BEM SI, Alif Zulfikar Syahroni menyebut, mestinya Megawati tidak bisa hanya menyoroti dampak kerusakan fasilitas publik yang terjadi saat kegiatan aksi unjuk rasa penolakan Undang-Undang Cipta Kerja.

Namun, kata Alif, yang perlu digarisbawahi adalah penyebab fasilitas rusak adalah amarah masyarakat terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan dan tidak memepertimbangkan suara rakyatnya.

"Yang harus dipandangi ini mestinya kenapa masyarakat marah sehingga adanya kerusakan. Harusnya mereka sadar kenapa masyarakat bisa marah," kata Alif saat dihubungi, Kamis, 29 Oktober.

Alif bilang, gelombang aksi unjuk rasa yang digelar mahasiswa, buruh, hingga sejumlah elemen masyarakat bisa terjadi berkali-kali karena pemerintah gagal membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat dalam mengambil kebijakan.

"Saat ini, komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat sangat kurang. Ini yang menjadi salah satu faktor kemarahan masyarakat, karena komunikasinya enggak terjalin," ucap dia.

 

Sebelumnya, dalam acara peresmian kantor partainya secara daring, Megawati Soekarnoputri menyinggung masalah aksi demonstrasi yang kerap terjadi belakangan ini. Dia bahkan mempertanyakan peran generasi milenial atau anak muda bagi bangsa dan negara.

"Anak muda kita, aduh saya bilang sama Presiden, jangan dimanja, dibilang generasi kita generasi milenial," kata Presiden ke-5 RI ini.

"Saya mau tanya, hari ini apa sumbangsihnya generasi milenial. Apa sumbangsih kalian kepada bangsa dan negara ini? Masa, hanya demo saja," imbuhnya

Presiden ke-5 RI ini juga menyinggung aksi demonstrasi yang berujung ricuh pada 8 Oktober lalu. Diketahui, dalam aksi tersebut, sejumlah fasilitas umum dirusak oleh kelompok massa perusuh yang masuk ke dalam rombongan pedemo dari kelompok mahasiswa.

Menurutnya, tindakan ini sangat disayangkan karena anggaran negara yang dikeluarkan untuk membangun sebuah halte Transjakarta tidaklah sedikit.

"Masyaallah, susah-susah bikin halte transjakarta enak saja di bakar, emangnya duit lo! Ditangkap enggak mau, gimana ya. Saya sih pikir lucu banget nih republik Indonesia sekarang," ungkapnya.