Bagikan:

JAKARTA - Muncul petisi online dalam laman change.org yang mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mempertahankan nama Jakarta International Stadium (JIS) dan tidak diubah.

Petisi ini menjadi tandingan petisi yang dibuat oleh sejarawan Betawi, JJ Rizal, yang meminta Anies mengganti nama JIS menjadi Stadion MH Thamrin.

Petisi ini dibuat oleh seorang bernama Firman Setiawan yang mengaku sebagai seorang supporter sepak bola Jakarta. Sejak petisi diunggah pada Kamis, 23 Juni kemarin, sampai malam ini, petisi telah ditandatangani oleh 28 orang.

Menurut pembuat petisi, JIS tidak perlu dilakukan perubahan nama menjadi nama pahlawan. Sebab, sudah banyak nama pahlawan yang dipakai menjadi nama jalan di Jakarta.

"Dengan tidak mengurangi rasa hormat bagi para pahlawan di Indonesia dan di Jakarta, nama-nama mereka sudah tertera di berbagai jalan, contohnya Jalan Thamrin, Jalan Sudirman, Jalan Imam Bonjol, dan jalan lainnya," kata pembuat petisi, dikutip dalam laman change.org pada Jumat, 24 Juni.

Menurut dia, warga Jakarta seharusnya bangga dengan penamaan JIS. Sebab, hal ini merepresentasikan stadion bertaraf internasional yang berdiri di Jakarta.

"Sudah selayaknya stadion milik Pemda DKI menamakan stadion tersebut Jakarta International Stadium karena berdiri di kotanya sendiri dan stadionnya bertaraf international. Sebagai warga Jakarta, kita turut bangga ada stadion bertaraf international," ucapnya.

Sebagai informasi, sejarawan JJ Rizal membuat petisi yang meminta Anies mengubah nama JIS menjadi Stadion MH THamrin. Per malam ini, petisi tersebut telah ditandatangani oleh 5.885 orang.

Rizal memandang, Mohammad Husni Thamrin, merupakan nama tokoh yang tepat untuk diabadikan dalam stadion megah yang dibangun Pemprov DKI Jakarta tersebut. Sebab, MH Thamrin telah berhasil mewarisi sepakbola modern Indonesia sebagai reaktor kebangsaan, sehingga Jakarta jadi ibukota sepakbola kebangsaan Indonesia.

"MH Thamrin putra Betawi yang menjadi pahlawan nasional sekaligus pahlawan sepakbola Jakarta dan Indonesia yang monumental jasanya. Ia tokoh pergerakan nasional pembela orang kecil di kampung-kampung yang bukan hanya seorang gila bola dan doyan mengolah si kulit bundar, tetapi juga punya visi tentang sepakbola modern Indonesia sebagai reaktor nasionalisme kebangsaan," jelas dia.