Presiden Turki Erdogan Kecam Prancis yang Ia Sebut Sedang Mengejar Agenda Anti-Islam
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Instagram/@rterdogan)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta warga Turki berhenti membeli produk asal Prancis. Respons keras menunjukkan kemarahan Erdogan atas karikatur Nabi Muhammad yang ditampilkan di Prancis dan ia anggap hinaan untuk umat Muslim.

Selain untuk warga Turki, seruan boikot juga disuarakan Erdogan pada rekan-rekannya. Erdogan, yang memiliki sejarah hubungan buruk dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut Prancis tengah mengejar agenda anti-Islam.

"Saya menyerukan kepada semua warga negara saya dari sini untuk tidak pernah membantu merek Prancis atau membelinya," kata Erdogan, dikutip Reuters, Selasa, 27 Oktober.

Di 2018, Erdogan juga pernah menyerukan boikot. Kala itu boikot ditujukan untuk produk-produk asal Amerika Serikat (AS).

Erdogan kini bergabung dengan paduan suara penyeru boikot. Beberapa negara Arab sebelumnya telah melakukan pemboikotan terhadap produk Prancis.

Di Kuwait, sebuah supermarket telah menanggalkan rak kosmetik L'Oreal dan produk perawatan kulitnya setelah serikat koperasi yang menjadi pemiliknya memutuskan berhenti menjual barang-barang asal Prancis. Di Bangladesh, pengunjuk rasa memegang poster dengan karikatur Presiden Prancis Emmanuel Macron dan kata-kata: Macron adalah musuh perdamaian.

Sementara, parlemen Pakistan mengeluarkan resolusi yang mendesak pemerintah menarik utusannya dari Paris. Di Arab Saudi, seruan memboikot jaringan supermarket Prancis, Carrefour jadi tren di media sosial.

Meski begitu, masih ada dua toko di Riyadh yang dikunjungi Reuters tampak sibuk seperti biasa. Seorang perwakilan perusahaan di Prancis mengatakan belum merasakan dampak apa pun.

Prancis adalah pengekspor utama biji-bijian ke Afrika Utara yang sebagian besar Muslim. Perusahaan Prancis di sektor otomotif dan ritel juga memiliki eksposur yang signifikan ke negara-negara mayoritas Muslim.

Menteri Perdagangan Prancis Franck Riester mengatakan masih terlalu dini untuk memperkirakan dampak dari kampanye boikot tersebut. Tetapi sejauh ini hal itu terbatas dan lebih memengaruhi ekspor pertanian Prancis.

Pemenggalan Samuel Paty

Perselisihan saat ini berakar dari serangan di luar sebuah sekolah Prancis pada 16 Oktober. Seorang pria 18 tahun asal Chechnya memenggal kepala Samuel Paty, guru sejarah berusia 47 tahun.

Sang guru sebelumnya menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam mata pelajaran tentang kebebasan berbicara. Kartun itu pertama kali muncul beberapa tahun lalu di majalah satire Charlie Hebdo, yang kantornya di Paris.

Pada 2015, kantor itu diserang oleh orang-orang bersenjata. Serangan menewaskan 12 orang. Sejak peristiwa pemenggalan kepala, karikatur Nabi Muhammad ditampilkan oleh bangunan di kota dan orang-orang memajangnya dalam protes di seluruh negeri.

Macron mengatakan dia akan melipatgandakan upaya menghentikan keyakinan Islam konservatif yang menumbangkan nilai-nilai Prancis. Ia terang-terangan memberi ruang dan dukungan pada penampilan kartun Nabi Muhammad, yang bagi umat Islam terlarang.