Bagikan:

JAKARTA - Buntut aksi premanisme dan penyerangan terhadap warga Rawa Bunga, Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur menjadwalkan rapat dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) terkait penertiban lokalisasi prostitusi Gunung Antang, Matraman.

Wali Kota Jakarta Timur Muhammad Anwar mengatakan, Kamis, 16 Juni, kami bersama PT KAI akan lakukan rapat untuk penataan kawasan karena masuk aset-nya PT KAI.

Kata Anwar, pihaknya tak bisa serta merta melakukan penertiban lokalisasi Gunung Antang yang dikenal sebagai tempat prostitusi dan perjudian itu.

Alasannya, karena bangunan liar itu berdiri di lahan milik PT KAI. Sehingga, mesti berkoordinasi terlebih dahulu dengan BUMN yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api.

"Kemarin saya sudah koordinasi dengan Kapolres, dengan Dandim, dengan Kejari (Kejaksaan Negeri) juga pengadilan, prinsipnya mereka semua ngedukung siap (menertibkan), hanya tinggal KAI-nya kita undang, dan ditanya, pasca penertiban mereka mau buat apa dan ada program apa," kata Anwar kepada wartawan, Kamis, 16 Juni.

Sementara dari pihak PT KAI sendiri membenarkan bahwa kini pihaknya sedang berkoordinasi dengan Pemkot Jakarta Timur terkait penertiban lokalisasi Gunung Antang.

"Ya betul (ada koordinasi)," ucap Kepala Humas PT KAI Daop 1 Jakarta, Eva Chairunisa.

Nantinya, kata dia, penertiban bakal dilakukan secara bersama dengan pihak Pemkot maupun aparat keamanan terkait.

"Ya program penertiban akan dilakukan bersama Pemkot dan pihak berwajib saat ini sedang dalam tahap koordinasi," tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, warga meminta kepada pemerintah dan aparat agar menutup lokalisasi Gunung Antang, Matraman, imbas penyerangan yang terjadi di Jalan Kemuning, RT 005 RW 001, Kelurahan Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.

Ketua RW 001 Rawa Bunga Dwi Lestari mengatakan, warga mengungkapkan keinginan itu saat mediasi dengan pihak Gunung Antang di Mapolres Jakarta Timur, Senin, 13 Juni, kemarin.

"Permintaan dari warga minta tutup lokalisasi prostitusi dan perjudian di Gunung Antang. Itu permintaan warga, segera ditutup," kata Dwi saat dihubungi, Selasa, 14 Juni.

Dwi menyebutkan, tidak hanya warga Rawa Bunga yang keberatan dengan lokalisasi Gunung Antang, melainkan warga Kayumanis dan Pisangan juga. Sebab, permukiman warga itu berdekatan dengan lokalisasi tersebut.

"Karena kami sudah bicara terkait warga Kayumanis dan Pisangan (Baru) yang lokasinya berdekatan dengan Gunung Antang," tutur Dwi.

Dwi pun menjelaskan, warga banyak yang bertanya terkait keberadaan lokalisasi Gunung Antang yang masih beroperasi sampai saat ini. Dirinya pun meminta pihak terkait segera mengambil langkah tegas dengan menutup lokalisasi prostitusi itu.

"Karena warga banyak bertanya, ada apa lokalisasi tersebut tidak dapat ditutup? Sementara lokalisasi yang lain dapat ditutup. Itu semua (Kalijodo) bisa ditutup kenapa Gunung Antang tidak bisa ditutup?," tanyanya dengan heran.

Warga Diteror

Warga Rawa Bunga juga mendapati teror dari sekelompok preman bersenjata tajam menyerang permukiman warga di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.

Sedikitnya, empat orang warga menjadi korban salah sasaran aksi pengeroyokan di Jalan Kemuning, Bendungan, RT 05/01, Kelurahan Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.

RH dan SI dikeroyok oleh pelaku secara membabi buta. Menurut informasi yang dihimpun VOI, kejadian pengeroyokan bermula ketika RH, SI, SP dan RK tengah membeli makanan nasi uduk di lokasi kejadian pada Minggu, 12 Juni, sekitar pukul 02.10 WIB.

Tiba-tiba datang segerombol preman dari arah lokalisasi prostitusi Gunung Antang, Jakarta Timur, menyatroni warga yang tengah membeli nasi uduk.

Kemudian korban didekati oleh para pelaku. Tanpa sebab yang jelas, pelaku tiba-tiba megeluarkan senjata tajam dan menghujani korban dengan golok. Usai melakukan penganiayaan terhadap sejumlah korban, para pelaku para pelaku melarikan diri.