Bagikan:

JAKARTA - Mesir dan Israel menandatangani kesepakatan dengan Uni Eropa, guna meningkatkan penjualan gas alam cair (LNG) ke negara-negara aliansi kelompok tersebut, untuk mengurangi ketergantungan kepada Rusia di tengah konflik Ukraina.

Kesepakatan yang dicapai hari ini, akan membuat Israel mengirim lebih banyak gas melalui Mesir, yang memiliki fasilitas untuk mencairkannya untuk diekspor melalui laut, kata kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

"Momen yang sangat istimewa," kata von der Leyen dalam konferensi pers bersama dengan menteri energi Mesir dan Israel, melansir Daily Sabah 15 Juni.

"Saya sangat menyambut baik penandatanganan perjanjian bersejarah ini," sambungnya.

Tahun lalu, Uni Eropa mengimpor sekitar 40 persen gasnya dari Rusia, kondisi yang membuat mereka kesulitan menjatuhkan sanksi kepada Moskow atas invasi ke Ukraina.

Gas Israel akan dibawa melalui pipa ke terminal LNG Mesir di Mediterania, sebelum diangkut dengan kapal tanker ke pantai Eropa.

Israel memiliki dua ladang gas operasional di lepas pantai Mediterania, yang mengandung sekitar 690 miliar meter kubik (bcm) gabungan gas alam, dengan rig lepas pantai ketiga sedang dalam pengerjaan. Ini telah menandatangani perjanjian ekspor gas dengan negara tetangga Mesir dan Yordania.

Sementara, fasilitas gas alam Mesir yang luas di Mediterania sebagian besar tidak aktif, sejak pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan pemerintahan Hosni Mubarak.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Presiden Abdel-Fattah el-Sissi merehabilitasi dan memodernisasi fasilitas tersebut. Pada tahun 2018, Mesir menandatangani kesepakatan senilai 15 miliar dolar AS dengan perusahaan Israel Delek Drilling dan mitranya dari AS, Noble Energy, untuk mengangkut gas alam ke sana.