JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria menyebut Pemprov DKI akan membatasi jumlah pengunjung Tebet Eco Park. Pembatasan ini dilakukan usai keluhan warga sekitar akibat kesemrawutan taman di Jakarta Selatan ini.
Rencananya, masyarakat yang akan Tebet Eco Park nantinya harus terlebih dahulu tercatat dalam sistem aplikasi yang digunakan petugas, sebelum masuk ke area taman.
"Ke depan sedang kita evaluasi dan akan kita tata kembali lebih baik. Mungkin, di antaranya nanti kalau masuk ke situ diusulkan melalui aplikasi supaya jumlahnya bisa diatur dan dibatasi," kata Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu, 15 Juni.
Salah satu hal yang dipermasalahkan warga Tebet adalah maraknya parkir liar di trotoar dan badan jalan di sekitar Tebet Eco Park. Karena itu, Pemprov DKI akan menambah daya tampung parkir resmi bagi pengunjung.
Selain masalah parkir, kehadiran pedagang kaki lima (PKL) yang tak berizin di kawasan pemukiman sekitar Tebet Eco juga menjadi masalah. Solusinya, Riza menyebut Pemprov DKI juga akan menyediakan lapak bagi UMKM untuk berjualan.
Mengingat, maraknya parkir liar dan PKL ini menjadi keluhan warga karena menimbulkan kemacetan dan kesemrawutan di tengah membeludaknya pengunjung.
"Akan disiapkan UMKM, tempatnya parkirannya juga ada. Namun, memang agak lebih jauh sedikit. Jadi, tidak boleh lagi parkir di pinggir jalan, jualan di trotoar yang sudah bagus untuk warga," ujar dia.
BACA JUGA:
Seperti diketahui, seorang warga bernama Ricky Siahaan yang mengaku sebagai warga Tebet mengeluhkan kondisi Tebet Eco Park yang merugikan penduduk sekitar lantaran tidak tertib dan semrawut.
"Saat ini, saya dan keluarga merupakan satu dari banyak bagian warga Tebet yang sudah sampai ke titik frustrasi dengan chaos yang diakibatkan Tebet Eco Park," kata Ricky Siahaan dalam akun Instagram rickysiahaan.
Dalam akun Instagramnya, Ricky Siahaan memandang Pemprov DKI tidak matang dalam merencanakan infrastruktur parkir hingga lapak UMKM dalam revitalisasi taman tersebut. Sehingga, yang terjadi adalah tukang parkir liar dan PKL yang berjualan tanpa izin menjadi merajalela.
"Tukang parkir liar yang entah datang mana membuat badan jalan yang sebelumnya tidak diperbolehkan parkir, menjadi tempat parkir umum. Alhasil jalan macet setiap hari. Terparah saat wiken dan hari libur," ucap Ricky Siahaan.
"Pedagang kaki lima berjualan padat tanpa ijin persis di depan rumah warga. Akibat banyaknya dagangan, sampah menjadi problem harian warga sekitar," lanjutnya.
Usai menuai protes, Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk menutup sementara Tebet Eco Park selama dua pekan mendatang hingga akhir bulan Juni.