JAKARTA - Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) Amerika Serikat telah memulai penyelidikan, setelah seorang pejabat mengatakan sebuah senjata mungkin telah hilang selama pemeriksaan keamanan di Bandara Internasional Hartsfield-Jackson Atlanta.
Seorang pejabat pemerintah yang mengetahui insiden tersebut mengatakan kepada CNN, seorang penumpang di bandara Atlanta mungkin telah naik pesawat dengan membawa tas dengan pistol.
Pemeriksaan tas jinjing mendeteksi barang pada Hari Selasa pekan lalu yang mungkin merupakan senjata api, kata pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim. Tas tidak membunyikan alarm ketika dijalankan untuk kedua kalinya melalui perangkat penyaringan, dan penumpang diizinkan meninggalkan pos pemeriksaan dengan tas.
TSA belum mengidentifikasi secara pasti barang tersebut dan tidak mengetahui identitas penumpangnya.
"Ini satu dalam sejuta," kata pejabat itu, dikutip dari CNN 13 Juni.
Apa yang terjadi di bandara? TSA mengatakan dalam sebuah pernyataan "ada laporan yang belum dikonfirmasi, tentang senjata api yang hilang di pos pemeriksaan TSA Selatan di Bandara Internasional Hartsfield-Jackson Atlanta."
"Sebagai tindakan keamanan yang bijaksana, TSA memindai terminal untuk penumpang dengan tas jinjing yang bersangkutan," terang pernyataan itu.
Pejabat itu mengatakan, TSA menemukan masalah itu kemudian selama tinjauan rutin terhadap gambar teknologi penyaringan. Pada saat mereka melihatnya, penumpang itu mungkin sedang dalam penerbangan, kata pejabat itu.
Sementara penyelidikan sedang berlangsung, pejabat tersebut mengatakan, indikasi awal adalah tas itu disingkirkan setelah memicu alarm, tetapi tidak dipindahkan dengan benar untuk pemeriksaan langsung yang lebih rinci.
Juru Bicara TSA Carter Langston mengatakan kepada CNN, pihaknya tengah menyelidiki insiden tersebut.
Diketahui, dalam pernyataannya TSA mengungkapkan, petugas menemukan senjata pada tingkat yang mengkhawatirkan di pos pemeriksaan. Tahun lalu memecahkan rekor untuk senjata api yang ditangkap di pos pemeriksaan, meskipun lebih sedikit orang yang bepergian karena pandemi.
BACA JUGA:
"Saya pikir lebih banyak orang yang membawa senjata, secara umum di seluruh negeri, dan kemudian apa pun yang terjadi di seluruh negeri, kami lihat tercermin di pos pemeriksaan kami," Administrator TSA David Pekoske mengatakan kepada CNN dalam sebuah wawancara pada saat itu.
Untuk diketahui, hukuman terhadap mereka yang kedapatan membawa senjata ke pos pemeriksaan keamanan bandara, berkisar hingga sekitar 13.000 dolar AS atau sekitar Rp191.847.500.