Curhat Nur Fitriati ke Danny Pomanto Dizalimi karena Beda Pilihan Pilkada Makassar
Calon Wali Kota Makassar Danny Pomanto

Bagikan:

MAKASSAR- Nur Fitriati, warga Jalan Buru, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, Makassar mengaku mendapat perlakuan yang tidak semestinya di lingkungan tempat tinggalnya. Dia mengaku dikucilkan lantaran berbeda pilihan politik di Pilkada Makassar.

Fitri mencurahkan isi hatinya di hadapan calon wali kota Makassar, Moh Ramdhan "Danny" Pomanto. Peristiwa ini terjadi saat kampanye dialogis berlangsung di Jalan Laiya, Lorong 253, Kelurahan Ende, Kecamatan Wajo, Minggu, 25 Oktober.

"Jadi saya ini pak, sama kayak bapak. Terzalimi di lorong saya dan saya seperti menyeberang pulau. Jadi saya ini pak, seandainya berdoa dan bapak menang nanti, kita lihat orang-orang di lorong (gang) saya. Kalau bapak menang, mereka bilang saya orangnya bapak. Padahal di belakangnya tidak," tuturnya.

Bahkan kata Fitri, dia tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Fitri menyebut kondisi ini terjadi karena dirinya dianggap pendukung Danny Pomanto-Fatmawati Rusdi.

"Sebelumnya ada masalah. Tapi lebih masalah lagi karena saya orangnya Adama (Danny-Fatma.) Tambah terbenci saya. Begitulah mungkin saya dikucilkan. Karena kalau ada bantuan, tidak pernah dia mendata warga, seakan-akan dia kayaknya memilih. RT yang dibedah rumah, sedangkan kita yang rumahnya mau roboh tidak dibedah. Ini RT apa ini, nah kita memilih RT yang baik," ujar dia.

Ada pun permasalahan kecil yang dialaminya, lanjut Fitri, malah menjadi persoalan besar. 

"Ada sedikit masalah, bukan berbicara dengan baik malah dia kompa" (provokasi) satu lorong. Jadi saya ini pak bagaimana sebagai masyarakat kecil. Saya mau ajak bapak masuk sosialisasi, mereka kayaknya menolak. 

Namun Fitri tetap optimistis. Dia menyatakan tetap ikut memenangkan Adama di Pilkada Makassar pada 9 Desember mendatang.

"Saya tidak bisa undangki pak di wilayahku, tapi cukup saya perjuangkan bapak sampai titik penghabisan. Hidup Pak Danny, hidup nomor satu," teriak Fitri.

Sementara itu, Hasnia Daeng Bollo juga menyampaikan keluh kesahnya. Dia mengaku tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah meski dirinya janda. Helum lagi, dia memiliki anak dua dan  bertempat tinggal bukan di rumah sendiri.

"Saya ini pak 31 tahun janda, tidak pernahka dapat sembako. Uang dana harapan apa tidak pernahka dapat. Saya sering setor kartu keluarga dan KK, tidak pernah keluar (bantuan). Saya sering kasih masuk KTP di kantor lurah. Pernah saya daftar dana sosial, itu tidak pernah juga keluar,” ujarnya.

Daeng Mami pun demikian. Warga Jalan Laiya, Lorong 253 itu juga mengaku tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah.

"Saya punya dua anak. Saya ibu rumah tangga. Suamiku sekarang tidak kerja. Tidak pernah dapat bantuan dari pemerintah," kata dia.

Dengan demikian, dia berharap kepada Danny Pomanto untuk lebih memperhatikan permasalahan itu jika kelak terpilih. Tidak hanya untuk keduanya. Tetapi, lebih ke masyarakat lainnya yang memang layak mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Keluhan warga itu pun langsung ditanggapi Danny Pomanto. Danny Pomanto akan mencari solusi dari permasalahan itu. Yang pastinya kata Wali Kota periode 2014-2019 ini, agar warga sepakat untuk memilih nomor 1. 

"Ada ji akta kelahiran ta kah? surat nikah ada ji? semestinya kalau ada, tidak ada masalah. Mengenai bantuan ini memang pendataannya itu tidak melibatkan RT/RW. Ada warga yang mesti dapat, itu tidak dapat seperti kita. Yang meski tidak dapat, dapat. Sabara'ki bu, saya carikan solusi. Tungguma. Tusuk nomor satu. Menang, menang kita punya usulan nanti, Insyaallah," kata Danny Pomanto.