Bagikan:

JAKARTA - Pakistan memutuskan untuk kembali menerapkan kebijakan hari kerja lima hari. Ini sebagai respons rencana konservasi energi karena Pakistan menderita krisis energi yang memburuk bahkan bikin pemadaman listrik berkepanjangan dan melonjaknya harga bahan bakar.

Rencana tersebut disahkan oleh kabinet pemerintah koalisi yang baru dibentuk pada hari Selasa 8 Juni dikutip dari The Independent. Termasuk beberapa langkah penghematan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar dan energi.

Langkah itu dilakukan saat Pakistan menghadapi krisis energi parah. Bahkan sampao menyebabkan pemadaman listrik berkepanjangan, melonjaknya harga bahan bakar dan biaya hidup jadi melonjak.

Bahkan ekonomi terpukul parah dan mata uang jatuh ke rekor terendah. Pembangkit listrik negara itu mengalami defisit dalam menghadapi peningkatan permintaan selama bulan-bulan musim panas yang menyaksikan gelombang panas yang mematikan.

“Kami menghadapi krisis yang parah... Kami sangat perlu mengambil langkah-langkah konservasi energi. Kita perlu memanfaatkan setiap opsi untuk menghemat energi,” kata menteri informasi Marriyum Aurangzeb.

Langkah untuk kembali ke minggu kerja lima hari terjadi setelah perdana menteri baru negara itu Shehbaz Sharif meningkatkan minggu resmi untuk pegawai pemerintah menjadi enam hari pada bulan April dengan hanya hari Minggu sebagai hari libur. Mr Sharif mengatakan dia bertujuan untuk meningkatkan produktivitas.

Namun, sekarang negara itu juga sedang menjajaki cara untuk membiarkan orang bekerja dari rumah pada hari Jumat dan penutupan awal pasar komersial untuk mengurangi beban stok bahan bakar.

Seiring dengan pengurangan hari kerja, kabinet juga menyetujui pemotongan tunjangan bensin yang diberikan kepada pejabat pemerintah dan anggota kabinet sebesar 40 persen karena kemarahan di negara itu tumbuh setelah harga bensin naik 40 persen atau Rs 60 per liter dalam seminggu.