JAKARTA - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengatakan pemerintah harus melakukan persiapan matang sebelum rencana menjadikan Stasiun Manggarai sebagai sentral kereta dijalankan. Rencana ini harus didukung dengan melakukan pembenahan layanan serta fasilitas yang menunjang.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat, Djoko Setijowarno mengatakan kekhawatiran publik terkait menumpuknya penumpang di Stasiun Manggarai dapat diantisipasi dengan perubahan dari beragam infrastruktur di Stasiun Manggarai.
"Dengan ukuran bangunan stasiun itu 100 m x 100 m. Pastinya padat, kalau tidak padat bukan stasiun modern. Yang penting daya dukungnya memadai baik di dalam stasiun maupun di luar stasiun. Saat ini Stasiun Manggarai dinilai masih mengantongi masalah dalam infrastruktur pelayanan ke konsumen," katanya di Jakarta, Minggu, 5 Juni.
Menurut Djoko, Stasiun Manggarai memiliki beberapa permasalahan yang berpotensi menganggu fungsinya sebagai stasiun sentral. Permasalahan paling mendesak adalah akses menuju Stasiun Manggarai yang kurang memadai, yakni jalan sempit dan lingkungan sekitar yang padat, semrawut dan tidak teratur.
"Ruas jalan Tambak dan Jalan Manggarai Utara adalah jalan sempit. Selain itu, terdapat beberapa titik penyempitan jalan yang menjadi penyebab kemacetan. Antara lain di terowongan lintas bawah Manggarai, area drop off depan stasiun dan jembatan dekat pintu air," ucapnya.
Karena itu, kata Djoko, bila rencana ini benar terjadi, pemerintah harus menuntaskan problem tersebut lebih dahulu. Salah satunya memikirkan daya tampung dari Stasiun Manggarai.
"Akses jalan dan kapasitasnya tidak jauh beda dengan di Stasiun Gambir. Juga lahan parkir perlu untuk kendaraan bermotor dan tidak bermotor," tuturnya.
Adapun alasan teknis pemilihan lokasi tersebut karena tidak hanya KA jarak jauh namun Stasiun Manggarai juga disiapkan sebagai pusat perlintasan kereta bandara dan kereta listrik commuter line (KRL). Akibatnya, fungsi Stasiun Gambir akan beralih menjadi stasiun biasa sebagaimana stasiun lain yang dilintasi KRL.
Menurut Djoko, Stasiun Manggarai adalah stasiun sentral yang pengembangannya masih memungkinkan berdasarkan pertambahan frekuensi jumlah perjalanan KA, meliputi KRL, KA Jarak Jauh maupun Kereta Bandara. Dengan pemusatan Stasiun Manggarai, maka bottleneck berupa perlambatan headway atau kereta masuk ke stasiun berikutnya tidak akan terjadi seperti sekarang ini.
"Sekarang ini bottleneck-nya itu ketika KRL mau masuk Stasiun Manggarai, harus menunggu kereta yang lain lewat dulu. Katakanlah kereta jarak jauh atau kereta barang. Ke depan tidak akan seperti itu," tuturnya.
Kemudian, di Stasiun Gambir juga masih terlihat, ke depan tidak akan lama menunggunya untuk kereta listrik. Peralihan sinyal atau switch over adalah salah satu upaya menata lalu lintas kereta di dalam Stasiun Manggarai.
Nantinya baik KRL, kereta jarak jauh, kereta bandara pun bisa dipusatkan di Stasiun Manggarai. Karena pengembangan Stasiun Manggarai memang didesain untuk perencanaan pengembangan jika kapasitas penumpang sudah semakin tinggi.
"Kendati demikian, yang perlu diperhatikan jika Stasiun Manggarai menjadi pusat perlintasan dan persinggahan kereta maka akses atau jangkauannya perlu ditambah" tuturnya.
Caranya, kata Djoko, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dilibatkan. Sebab bagaimanapun, masyarakat dari Bogor, Depok, Tangerang yang memanfaatkan KRL dominan bekerja di Jakarta. Keterlibatan Pemprov. DKI Jakarta dapat dilakukan dengan membuka lahan yang saat ini banyak dimanfaatkan warga sebagai tempat hunian di sekitar Manggarai.
Selain itu, koordinasi harus dengan Kementerian Perhubungan, BUMN, PT KAI, Pemprov. DKI Jakarta untuk bagaimana merangkul masyarakat sekitar. Pengembangan Stasiun Manggarai masih memungkinkan untuk dilakukan pada 5-10 tahun mendatang. Bahkan, Transit Oriented Development (TOD) juga masih memungkinkan untuk dibangun di sekitar Stasiun Manggarai.
BACA JUGA:
Untuk menjadi stasiun besar dengan melayani antar kota, Stasiun Manggarai memang perlu daya dukung lingkungan seperti tempat parkir. Sementara, banyak lahan di sekitar Manggarai yang dipakai warga.
"Untuk mewujudkan Stasiun Manggarai sebagai stasiun pusat perlu dukungan Pemprov DKI Jakarta. Lantaran, Pemprov juga mendapat keuntungan dari adanya stasiun tersebut. Pemprov. DKI Jakarta dapat bangunan stasiun yang megah dan luas," jelasnya.
Menurut Djoko, persoalan lahan ini penting untuk disikapi serius karena berpengaruh pada daya dukung operasional Stasiun Manggarai itu sendiri. Di sisi lain, memang perlu kerja ekstra untuk mengatur arus penumpang yang begitu berjubel di saat jam sibuk dan semua ingin cepat. Namun perubahan harus tetap berlangsung.
"Tidak hanya penumpang yang melakukan penyesuaian, masinis KRL pun turut melakukan penyesuaian dengan adanya perubahan seperti sekarang ini," tuturnya.
Sekadar informasi, Stasiun Manggarai nantinya akan mengambil alih fungsi pemberhentian dan pemberangkatan kereta jarak jauh antar provinsi. Stasiun Gambir akan dipensiunkan dari perannya sebagai stasiun kereta utama di Ibu Kota. Stasiun Gambir akan dikembalikan fungsinya sebagai stasiun yang melayani kereta komuter.
Namun, Stasiun Manggarai akan melayani tidak hanya kereta jarak jauh, melainkan untuk kereta perkotaan (komuter) dan kereta bandara. Integrasi ini diperlukan untuk memudahkan penumpang beralih moda transportasi.