Ancaman PMK pada Ternak, MUI Tangerang Ingatkan Masyarakat Cermat Pilih Hewan Kurban
Pengecekan sapi di peternakan wilayah Garut, Jawa Barat. (AntaraHO/Diskominfo Garut)

Bagikan:

TANGERANG - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tangerang mengingatkan umat muslim cermat dan berhati-hati dalam memilih hewan kurban untuk hari Raya Iduladha 2022 di tengah ancaman penyakit mulut dan kuku (PMK).

"Masyarakat bisa lebih cermat dan hati-hati di dalam memilih hewan kurban, di samping mencukupi syarat syar'i dan sebaiknya hewan yang sudah di nyatakan sehat serta bebas penyakit mulut dan kuku (PMK) oleh Dinas terkait," kata Sekretaris MUI Kabupaten Tangerang, Nur Alam di Tangerang, Jumat 3 Juni.

Ia mengatakan, selama ini syarat hewan kurban sudah ditetapkan dalam syariat Islam seperti harus cukup umur, sehat serta tidak cacat. Dan nantinya hewan yang sudah masuk dalam kategori itu sah untuk dikurbankan.

Akan tetapi, lanjut Alam, yang bisa menentukan hewan itu sehat atau tidaknya adalah tim pemeriksaan kesehatan yang ada di instansi terkait yaitu Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan setempat.

"Jadi, di samping dengan adanya kasus hewan yang terkena Foot and Mouth Disease atau PMK, maka pemilihan hewan ternak saat ini harus sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh tim dokter," katanya.

Kemudian, MUI Kabupaten Tangerang juga menganjurkan pada proses pemotong hewan kurban dapat dilakukan di tempat yang sudah mendapat izin dari pemerintah.

Karena, hal ini untuk mengurangi dan mencegah tingkat pencemaran lingkungan yang dikhawatirkan adanya penularan wabah PMK pada ternak tersebut.

"Pemotongan hewan bisa dilakukan di Masjid atau RPH yang mendapat izin Pemda atau dinas ketahanan, ini untuk mencegah adanya penyebaran PMK," ujarnya.

Ia menambahkan, dalam ketentuan penyembelihan hewan pada ibadah kurban tentunya pihaknya akan mengeluarkan panduan melalui Fatwa Nomor 32 Tahun 2022 tentang Hukum dan Panduan Pelaksanaan Ibadah Kurban di tengah wabah penyakit mulut dan kuku.

Dalam panduan itu, hewan yang terkena PMK dengan gejala klinis kategori berat seperti lepuh pada kuku hingga terlepas dan atau menyebabkan pincang atau tidak bisa berjalan serta menyebabkan sangat kurus dinyatakan tidak sah dijadikan hewan kurban.

Kemudian, jika hewan tersebut baru dikategorikan sah untuk dikurbankan bila sudah sembuh dari PMK pada hari-hari berkurban yaitu 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

"Bila hewan sembuh dari PMK setelah tanggal itu, maka penyembelihan hewan tersebut terhitung sebagai sedekah," kata dia.