JAKARTA - Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus memberikan kritik keras kepada Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR.
Bagaimana tidak, setelah disorot soal proyek penggantian gorden Rp48,7 miliar yang akhirnya batal, BURT melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Uni Emirat Arab selama satu minggu, mulai 25 Mei-31 Mei.
Kunker ini pun bukan pertama kali dilakukan. Pada Rabu, 18 Mei pekan lalu BURT baru saja terbang ke Turki untuk melakukan kegiatan yang sama.
"Jadi saya kira tidak urgen. Satu sisi pemborosan, disatu sisi malu-maluin DPR juga. Masa ke parlemen lain menanyakan sesuatu yang dengan mudah bisa dicari tahu sendiri di sini?," jelas Lucius saat dihubing VOI, Rabu, 25 Mei.
Lucius menambahkan, dalam kiprahnya kunker DPR atau alat kelengkapan dewan sama sekali tidak memberikan manfaat apa-apa.
Tujuan kunker misalnya mendengarkan dan mempelajari terkait fasilitas, protokoler, dan anggaran kepada parlemen dan pemerintah serta KBRI negara tujuan, bisa diperoleh dengan mudah. Baik melalui riset kepustakaan, internet atau menggunakan tenaga ahli.
Lucius pun menduga, kalau kunker ini hanyalah alasan semata agar anggota DPR bisa plesiran ke luar negeri. Apalagi, sudah dua tahun lebih, agenda seperti ini tidak bisa dilakukan karena pandemi COVID-19.
"Saya kira ini alasan untuk plesiran saja. Jadi kalau ke luar negeri fasilitas yang tidak bisa mereka dapatkan kalau bukan anggota DPR seperti tidak ada penjemputan, tidak ada protokoler. Jadi ini sesuattu yg akan mereka rindukan, mereka ingin sekali terlihat seperti petinggi negara di negara lain," sindir dia.
Ketua BURT DPR Agung Budi Santoso menjelaskan, anggota BURT yang terbang ke Turki dan ke Uni Emirat Arab merupakan rombongan yang berbeda.
Hanya saja, soal agenda yang digelar kurang lebih sama dengan kunker ke Turki. Agung membeberkan, dewan ingin mendengarkan dan mempelajari terkait fasilitas, protokoler, dan anggaran kepada parlemen dan pemerintah serta KBRI negara tujuan.
"Rombongan dibagi dua, Turki dan UEA dengan tujuan yang sama," ujar Agung saat dikonfirmasi, Rabu, 25 Mei.
Sebelumnya, BURT DPR membatalkan proyek pergantian gorden, vitrase, dan kerai Rumah Jabatan Anggota (RJA) di Kalibata dan Ulujami senilai Rp48,7 miliar pada Selasa, 17 Mei.
Namun, usai pembatalan proyek fantastis itu belasan anggota BURT justru pergi ke Turki untuk melakukan kunker.
Kunker luar negeri ini pun dibenarkan oleh Ketua BURT DPR Agung Budi Santoso. Agung membantah jika anggaran pembatalan itu dialokasikan untuk kunker tersebut.
Dia menjelaskan, anggaran untuk kunker ke Turki ini sudah diajukan sejak dua tahun lalu, namun terhenti akibat pandemi COVID-19 sehingga baru terealisasi pada tahun ini.
“Kunjungan kunker ke Turki ini sudah pernah diajukan sejak 2 tahun yang lalu, tapi karena ada pandemi maka baru bisa disetujui tahun 2022, yang dibahas pada 2021,” ujar Agung kepada wartawan, Rabu, 18 Mei.
Menurut Agung, setiap alat kelengkapan dewan (AKD) maupun komisi yang ada di DPR, memiliki alokasi anggaran untuk kunker ke luar negeri. Kunker tersebut, kata dia, pastinya terkait dengan tugas dan kerja AKD di DPR, termasuk BURT DPR.
Politikus Demokrat ini menerangkan, agenda BURT ke Turki ini dalam rangka diplomasi antar parlemen. “BURT ke Turki, agendanya bertemu dengan parlemen dan bagian Pemerintah Turki serta dengan KBRI di Turki,” terangnya.
BACA JUGA:
Selain itu, kata Agung, BURT DPR juga ingin mendengar secara langsung posisi anggota parlemen Turki dalam kaitan dengan protokoler anggota parlemen.
“Fasilitas apa yang diterima oleh anggota Parlemen Turki dan berapa anggaran yang digunakan oleh Parlemen Turki,” pungkas Agung.