Akibat Banjir, Penurunan Omzet Toko-toko di Pusat Perbelanjaan Ditaksir 50 Persen
Ilustrasi pusat perbelanjaan. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Banjir yang melanda wilayah Jabodetabek pada awal tahun juga turut dirasakan oleh para pengusaha toko-toko ritel pusat perbelanjaan. Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) bahkan menyebut, kerugian dari anggota-anggotanya mencapai 50 persen.

Ia pun meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberi perhatian akan dampak banjir bagi para anggota Hippindo. “Banyak anggota mengatakan omzet turun saat banjir dan mereka ingin bertemu dengan Gubernur Jakarta untuk membahas dampak banjir bagi usaha kami,” kata Budihardjo Iduansjah, Ketua Umum Hippindo kepada VOI, Senin 13 Januari.

Budihardjo menyampaikan, anggota Hippindo beranggotakan sekitar 500 merek ritel offline. Toko para anggota Hippindo tersebar di pusat perbelanjaan/mal, ruko, apartemen, bandara, stasiun, pelabuhan, rest area, SPBH, perkantoran dan area komersial lainnya.

Budiharjo menjelaskan, akibat banjir beberapa akses mal terganggu sehingga karyawan dan kostumer tidak bisa masuk ke dalam mal. “Semua toko sepi pada tanggal 1–5 Januari. Mungkin sekarang sudah mulai pulih. Tapi masih ada mal yang belum buka, yaitu Mal Cipinang Indah, Jakarta Timur, dan Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat,” jelas Budi.

Budiharjo menambahkan, akibat banjir, banyak bahan baku yang disiapkan untuk gerai anggota Hippindo rusak akibat terendam banjir dan busuk karena lemari penyimpan tak teraliri listrik.

Sebagai akibat adanya dampak yang material tersebut, Hippindo meminta dukungan Pemprov DKI untuk me-review kembali beberapa kebijakan. Pasalnya menurut dia, jika itu tetap diterapkan, maka akan menambah beban biaya dan dampak negatif terhadap penjualan anggota Hippindo.

“Misalnya, kebijakan-kebijakan seperti pajak reklame di dalam toko kita. Kami minta ditinjau. Itu kebijakan teknis yang mungkin perlu direvisi,” imbuh Budi.

Hippindo menyatakan siap berkolaborasi dan bersinergi dengan Pemprov DKI Jakarta untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta. Hal itu karena ritel offline merupakan lokomotif yang menarik gerbong-gerbong yang terdiri dari UKM-UKM, produsen, supplier, pabrik, dan distributor.

“Apabila terganggu, maka akan berdampak terhadap industri dari hilir ke hulu. Sehingga akan mengganggu pertumbuhan perekonomian di DKI Jakarta,” tutupnya.

Hippindo sudah berkirim surat kepada gubernur terkait beban usaha mereka sepanjang 2019, terutama karena kebijakan pemerintah daerah. Sebelumnya, muncul kabar Hippindo berencana menggugat Pemprov DKI Jakarta atas kerugian yang melanda anggota asosiasi. Namun, Budiharjo menampik informasi itu.

Dia menegaskan, asosiasi tidak berencana menggugat Pemprov seperti yang akan dilakukan warga Jakarta yang terdampak banjir. Hippindo hanya ingin bertemu dengan Anies.