Bagikan:

JAKARTA - PT MRT Jakarta (Perseroda) menggandeng empat mitra swasta konsorsium untuk mendanai pembangunan proyek MRT Fase 3 yang menghubungkan Balaraja-Cikarang.

Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar menyebutkan keempat mitra penyandang dana tersebut, yakni JICA, Asian Development Bank, European Investment Bank, dan UK Export Finance (UKEF).

"Organisasi konsorsium ada empat potensial pendanaan, ada JICA, ADB, EIB, UKEF dan ini memungkinkan juga untuk sektor swasta dapat bekerja sama," kata William dilansir Antara, Selasa, 24 Mei.

William menjelaskan biaya investasi untuk membangun Fase 3 sepanjang 87 kilometer ini mencapai Rp160 triliun, atau sepuluh kali lipat dari kebutuhan dana sewaktu membangun MRT Jakarta Fase 1 rute Bundaran HI-Lebak Bulus yang sebesar Rp16 triliun.

Pada Fase 1 dan 2, pendanaan bersumber dari pinjaman Pemerintah Jepang melalui JICA dengan porsi 51 persen ditanggung oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan 49 persen oleh Pemerintah Pusat.

Namun jika memakai model pembiayaan tersebut, Willy, sapaan akrabnya, menjelaskan pembangunan untuk Fase 3 baru terealisasi dalam waktu 55 tahun.

Karena itu, pihaknya mengusulkan model pembiayaan konsorsium dengan perkiraan waktu selesai 15 tahun. Hal itu berbekal dari keberhasilan Inggris dalam membangun Elizabeth Line (jalur Elizabeth) yang membentang hingga 117 km.

Pembangunan MRT Fase 3 yang melintasi tiga provinsi, yakni Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, ini juga tentunya membutuhkan dukungan dari Pemerintah melalui penerbitan aturan untuk mengakselerasi pembangunan.

"Sekarang ini tidak ada sistem metro di dunia yang dilaksanakan tanpa intervensi pemerintah. Jadi pemerintah tugasnya kasih regulasi percepatan. Elizabeth Line dibangun karena ada Undang-Undang. Karena itu melibatkan kepentingan masyarakat," tegasnya.

Ada pun pembangunan MRT Fase 3 diperkirakan mengangkut hingga 1,2 juta penumpang per hari.

MRT berencana menggunakan energi terbarukan hydrogen dan solar untuk pengoperasiannya.