Dokter Sebut Banyak Pasien Non-COVID-19 Takut ke Rumah Sakit
Ilustrasi/Irfan Meidianto (VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Erlina Burhan menyebut masyarakat yang memiliki penyakit selain COVID-19, takut pergi ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan. Kehawatiran masyarakat ini berasal dari banyaknya kasus COVID-19, serta makin banyak rumah sakit yang ditempatkan sebagai rujukan pasien COVID-19.

"Ada dampaknya, sekarang tidak mau datang ke rumah sakit. Ini bukannya rumah sakit tidak buka, tapi masyarakat yang khawatir untuk datang ke rumah sakit karena takut tertular (COVID-19)," kata Erlina dalam diskusi daring, Minggu, 18 Oktober.

Padahal, menurut Erlina, pengendalian penularan COVID-19 di rumah sakit jauh lebih baik dibanding fasilitas publik. 

Sebab, pasien yang dinyatakan positif COVID-19 sudah pasti diisolasi secara terkendali. Tenaga kesehatannya juga mengenakan alat pelindung diri lengkap. Sementara, tidak ada yang teridentifikasi siapa saja yang datang ke fasilitas publik, termasuk pasien OTG.

Dampak buruknya, pasien non-COVID-19 yang memiliki penyakit komorbid seperti diabetes, serangan jantung, penyakit paru menahun menahan diri untuk tidak berobat ke rumah sakit, sehingga kondisinya makin memburuk.

"Ini berdampak pada pasien yang sudah punya penyakit penyerta, mereka takut ke rumah sakit, akhirnya banyak yang meninggal di rumah karena tidak mendapatkan akses kesehatan," ungkap Erlina.

Karena itu, Erlina meminta pemerintah lebih serius menekan angka penularan COVID-19 dibanding hanya meningkatkan kuantitas fasilitas kesehatan dan lokasi isolasi.

"Masalahnya bukan hanya tambah rumah sakit, tambah alat, dan sebagainya. Bukan. Tapi, kurangi saja kasusnya. turunkan kasusnya dengan berbagai cara, sehingga kerja rumah sakit juga lebih berkualitas," tuturnya.