Bagikan:

JAKARTA - Sejumlah massa yang tergabung dalam Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) menggelar aksi unjuk rasa penolakan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja.

Di kawasan Silang Merdeka Barat Daya Monumen Nasional, Jakarta Pusat, peserta aksi SMRI mulai berorasi. Salah satu orator berorasi di atas mobil komando. Sang orator menyatakan bahwa UU Cipta Kerja akan merugikan pekerja dari berbagai macam sektor.

"Ini Undang-Undang yang gaib, disahkan tanpa sepengetahuan masyarakat. Bagaimana nanti nasib petani dan pekerja? Seharusnya pemerintah tidak tergesa-gesa. Bahwa sekarang sedang masa pandemi," seru sang orator di lokasi, Jumat, 16 Oktober.

 

Pantauan tim VOI di lokasi, massa SRMI mengkreasikan aksi unjuk rasa dengan berbagai macam kostum. Misalnya saja, ada massa yang mengenakan topeng Guy Fawkes dalam film V for Vendetta, berdandan ala dukun hingga Mak Lampir.

Para "dukun" yang berpakaian serba hitam mengalungkan tulisan "dukun dari Banten", "dukun dari Banyuwangi", "dukun Gunung Kawi", hingga "dukun Gunung Kidul".

Empat orang massa aksi juga mengangkat sebuah keranda mayat yang ditutup kain putih. Pada keranda tersebut, tertulis "RIP demokrasi Indonesia. Omnibus Law UU gaib".

Di tempat terpisah, yakni di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, massa dari Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) turut berkumpul menyampaikan orasi penolakan Undang-Undang Cipta Kerja.

Aparat kepolisian turut menyiagakan ribuan personel guna mengamankan jalannya aksi unjuk rasa di kawasan Monumen Nasional. Belasan ribu personel gabungan itu terdiri dari TNI, Polri, hingga dari pihak Pemda.

"Sekitar 8000 lebih personel gabungan TNI Polri dan Pemda, serta cadangan 10 ribu yang stand by di Polda," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus.