JAKARTA - Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro, menyebut Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mempertimbangkan kedekatan antar elite partai politik sebelum membentuk koalisi untuk pemilu. Sebab, tanpa berkoalisi pun PDIP sudah bisa mengusung calon tunggal.
"Kedekatan antar elite ketua umum itu paling sangat menentukan, ketimbang faktor lain. Karena kalau faktor presidential threshold, PDIP sendiri sudah bisa," ujar Bawono dalam diskusi daring, Kamis, 19 Mei.
Menurut Bawono, PDIP memiliki peluang berkoalisi dengan Partai Gerindra. Pasalnya, PDIP dan Gerindra pernah bekerja sama untuk pemilihan presiden (Pilpres) 2009. Di mana kala itu, Prabowo menjadi cawapres mendampingi Megawati Soekarnoputri.
"Karena itu, sering kita dengar isu atau rumor Prabowo-Puan," ungkap Bawono.
Bawono menuturkan, kecenderungan PDIP untuk berkoalisi dengan Partai Gerindra semakin besar terlihat setelah Prabowo Subianto bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Presiden Joko Widodo.
BACA JUGA:
Menurutnya, hal itu menjadi momentum bagi Prabowo dan Megawati untuk mengulang kerjasama yang pernah terjalin pada 2009 lalu.
"Ada kedekatan yang berulang, kalau itu PDIP dan Gerindra itu pernah mesra di 2009 dan di 2019 kedekatan itu kan berulang lagi antara Pak Prabowo yang masuk ke kabinet. Menurut saya ini salah satu faktor nanti PDIP akan berkoalisi dengan Gerindra," jelas Bawono.
Meski begitu, Bawono menilai, pembentukan koalisi antara PDIP dengan Partai Gerindra bisa terbentur saat penentuan sosok capres dan cawapres. Sebab, Prabowo berencana maju kembali sebagai capres di 2024.
Sementara PDIP, kata Bawono, kelihatannya masih bimbang. Apakah akan mengusung Ketua DPR Puan Maharani atau Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
"Intinya seberapa mungkin figur yang disodorkan masing-masing partai akan berkoalisi akan menjadi pertimbangan. Tentu partai dalam mengusung pasangan calon tidak ada yang ingin kalah," pungkas Bawono.