Bagikan:

BADUNG - Menko Polhukam Mahfud MD merespons insiden ditolaknya Ustaz Abdul Somad (UAS) masuk ke Singapura untuk berlibur. Mahfud menyebut kebijakan berada di Singapura, meski mengaku tak tahu persis persoalannya.

"Kita lihat perkembangannya, itu kebijakan atau hukum yang berlaku di Singapura. Kita tidak tahu aturan bagaimana dan masalahnya apa. Tapi tentu kita akan mencari tahu karena kedaulatan hukum di suatu negara itu, kita tidak boleh ikut campur, seperti halnya juga Singapura tidak boleh ikut campur hukum di Indonesia," kata Mahfud di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu, 18 Mei.

Dia menegaskan, Singapura tak boleh ikut campur dengan urusan hukum di Indonesia. Mahfud mencontohkan saat Singapura membuat aturan hukum anti-asap yang menyatakan bisa menangkap pelaku pembakaran hutan di Indonesia.

"Dia dulu di tahun tahun 2015 buat Undang-Undang anti asap waktu itu. Di menyatakan pembakaran -pembakaran hutan (di Indonesia) itu bisa ditangkap oleh aparat Singapura, itu UU mereka buat, kita tolak. Tidak boleh itu, urusan kita sendiri, sama punya urusan sendiri-sendiri kedaulatan hukum di wilayah teritorial. Oleh sebab itu berlaku asas teritorial," papar Mahfud.

"Kasus ustaz Abdul Somad ini bagaimana kita belum tahu karena itu tindakan dari Singapura tidak diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Tapi oleh pemerintah Singapura tidak boleh masuk, nah kita kan tidak bisa ikut campur dulu sebelum tau masalahnya apa, kita tunggu," sambung Mahfud.

Menurut Mahfud, tak ada komunikasi dari otoritas Singapura ke pemerintah Indonesia soal dilarangnya UAS ke Singapura.

"Tidak (komunikasi) setiap negara yang begitu-begitu, di berbagai negara banyak yah yang begitu. Kalau dikomunikasikan secara diplomatik mungkin lama, mungkin baru sesudah itu diinformasikan, mungkin yah. Tapi itu, tergantung hukum Singapura," kata dia.

"Tidak ada langkah ke depan. Ini bukan urusan hukum Indonesia, itu urusan hukum Singapura. Kita, sudah punya hukum sendiri, Singapura (juga) tidak bisa sembarang melanggar wilayah teritorial Indonesia seperti halnya kita juga," tegas Mahfud.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Dalam Negeri Singapura menjelaskan alasan melarang masuk Abdul Somad Batubara ke wilayah kedaulatannya, salah satunya karena ustaz asal Indonesia itu dianggap menyebarkan ajaran ekstremis dan perpecahan.

“Somad dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan perpecahan, yang tidak dapat diterima di masyarakat multiras dan multiagama Singapura,” kata Kementerian Dalam Negeri Singapura dalam pernyataan pers tertulis menanggapi Nota Diplomatik yang dilayangkan Kementerian Luar Negeri RI terkait penolakan masuk Abdul Somad dikutip Antara, Selasa, 17 Mei.

Dalam pernyataan tersebut dijelaskan contoh Ustaz Abdul Somad telah mengkhotbahkan bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi “syahid”.

“Dia juga membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal ‘jin (roh/setan) kafir’. Selain itu, Somad secara terbuka menyebut non Muslim sebagai kafir,” ujar kementerian tersebut.

Pemerintah Singapura menegaskan masuknya pengunjung asing ke wilayahnya tidak bisa secara otomatis. Setiap orang akan dinilai berdasarkan kepantasannya masing-masing, kasus per kasus.

“Sementara Somad berusaha memasuki Singapura dengan berpura-pura untuk kunjungan sosial, pemerintah Singapura memandang serius siapa pun yang menganjurkan kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis dan perpecahan. Somad dan teman perjalanannya ditolak masuk ke Singapura,” kata kementerian Singapura.