JAKARTA - Maret lalu, McDonald's menutup 850 restorannya di seluruh wilayah Rusia sebagai bentuk protes atas invasi negara itu ke Ukraina. Kini McDonald's melangkah lebih tegas, siap hengkang sepenuhnya dari Rusia.
Raksasa makanan cepat saji dari Amerika Serikat ini sudah ancang-ancang keluar dari pasar Rusia. Mereka bahkan siap menjual bisnisnya di negara yang semakin terisolasi itu akibat sanksi dari dunia, tulis perusahaan itu Senin 16 Mei dikutip dari Channel News Asia.
McDonald's pada bulan Maret sudah menutup semua restorannya di negara itu. Jumlahnya kira-kira mencapai 850 restoran dengan total karyawan mencapai 62.000 orang.
"Setelah lebih dari 30 tahun beroperasi di negara itu, McDonald's Corporation mengumumkan akan keluar dari pasar Rusia dan telah memulai proses untuk menjual bisnis Rusia-nya," tulis perusahaan.
"Krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh perang di Ukraina, dan lingkungan operasi yang tidak terduga, telah membuat McDonald's menyimpulkan bahwa kepemilikan bisnis yang berkelanjutan di Rusia tidak lagi dapat dipertahankan, juga tidak konsisten dengan nilai-nilai McDonald's," sambung mereka.
McDonald's bukan sekadar memberi ancaman. Mereka sedang mencari investor untuk menjual seluruh portofolio restoran McDonald's di Rusia kepada pembeli lokal.
Namun setelah proses jual beli rampung, restoran dilarang menggunakan nama, logo, branding, atau menu McDonald's.
Chief executive Chris Kempczinski mengatakan, "Kami sangat bangga dengan 62.000 karyawan yang bekerja di restoran kami, bersama dengan ratusan pemasok Rusia yang mendukung bisnis kami, dan pewaralaba lokal kami. Dedikasi dan loyalitas mereka kepada McDonald's membuat pengumuman ini sangat sulit".
"Namun, kami memiliki komitmen terhadap komunitas global kami dan harus tetap teguh pada nilai-nilai kami," tutup McDonald's.