Sandiaga Uno Puji Rekor Penonton KKN di Desa Penari, Tanda Nyata Bangkitnya Industri Film
KKN di Desa Penari (Instagram @kknmovie)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengapresiasi keberhasilan Film KKN di Desa Penari yang sanggup menyedot 3.724.864 penonton di bioskop seluruh Indonesia dalam 11 hari penayangannya.

Sandiaga memuji film tersebut yang bahkan mampu mengalahkan jumlah penonton "Doctor Strange 2" besutan Marvel, yang sudah memiliki basis penggemar.

Sandiaga menuturkan rekor tersebut merupakan tanda positif bangkitnya industri perfilm-an di Indonesia.

"Ini merupakan prestasi seperti yang kita perjuangkan tahun lalu bersama presiden Joko Widodo untuk membangkitkan industri ini," ucap Sandiaga dalam keterangan tertulisnya, Jumat 13 Mei.

Sandiaga juga mengatakan kesuksesan tersebut membuat sektor wisata lain, termasuk lokasi kisah "KKN di Desa Penari" di Banyuwangi juga ramai menjadi sorotan.

"Muncul juga produk-produk turunan seperti Wahana Misteri Perjalanan melalui Sebuah Cerita KKN di Desa Penari. Dan juga membuat daya tarik pariwisata di Desa, Banyuwangi," tutupnya.

Film "KKN di Desa Penari" produksi MD Picture kini menjadi film horor terlaris di Indonesia karena menembus angka 4,5 juta penonton hanya dalam 12 hari penayangan di bioskop.

"KKN di Desa Penari menjadi film horor terlaris sepanjang masa. Hingga jam 5 sore ini tembus 4.500.000++ penonton telah bertemu Badarawuhi," tulis akun Instagram @kknmovie.

Sutradara Awi Suryadi mengungkap rahasia kesuksesan film tersebut. Pria kelahiran Lampung, 24 September 1977 ini memilih untuk setia pada cerita yang dibangun oleh Simple Man. Dia tidak berusaha menambahkan ataupun mengurangi ceritanya.

"Hampir bisa dibilang tidak ada yang diubah dari threat-nya. Kalaupun diubah cuma kayak mikirin timeline. Karena film kan ada durasi yang harus diikuti untuk penayangan di bioskop. Tapi penggemar ceritanya nggak bakal kecewa karena kita mengikuti blue print cerita aslinya," tegas Awi saat bertandang ke redaksi VOI beberapa waktu lalu.

Pembuatan film dimulai secara serius dengan mencari lokasi yang sangat mirip dan alami seperti cerita di Twitter. Karena tidak mendapat izin di lokasi asli, Awi memilih untuk memboyong ratusan kru dan pemain ke Jogjakarta.