JAKARTA - Investigasi Departemen Dalam Negeri terhadap sejarah kelam sekolah asrama penduduk asli Amerika di Amerika Serikat, menemukan situs pemakaman bertanda atau tidak bertanda di sekitar 53 sekolah, kata Menteri Dalam Negeri Deb Haaland.
Menteri Haaland yang merupakan penduduk asli AS pertama dalam kabinet, mengumumkan penyelidikan tahun lalu. Dalam merilis temuan awal Rabu selama konferensi pers di Washington, berbicara dengan suara tersendat dan mengeluarkan air mata.
"Kebijakan federal yang berusaha menghapus identitas, bahasa, dan budaya asli terus bermanifestasi dalam penderitaan yang dihadapi komunitas suku hari ini," kata Haaland, melansir Reuters 12 Mei.
"Kita harus menjelaskan trauma masa lalu yang tak terucapkan," tandasnya.
Hingga Rabu, Pemerintah AS belum memberikan pertanggungjawaban yang benar tentang warisan sekolah, yang menggunakan pendidikan untuk mengubah budaya, sehingga tanah suku dapat diambil. Keluarga terpaksa menyekolahkan anak mereka ke sekolah.
Untuk menyusun laporan Haaland, para peneliti menemukan catatan di 408 sekolah yang menerima dana federal dari tahun 1819 hingga 1969, dan 89 sekolah lain yang tidak menerima uang dari pemerintah.
Sekitar setengah sekolah dijalankan untuk pemerintah oleh atau didukung oleh gereja-gereja dari berbagai denominasi. Banyak anak dilecehkan di sekolah, sementara puluhan ribu tidak pernah terdengar lagi, kata aktivis dan peneliti.
Laporan tersebut mencatat bahwa "pelecehan fisik, seksual, dan emosional yang merajalela" terjadi di sekolah-sekolah dan didokumentasikan dengan baik. Sejauh ini penyelidikan telah menemukan lebih dari 500 anak yang meninggal saat berada dalam tahanan sekolah. Penyelidik mengatakan, mereka berharap untuk mengungkap lebih banyak kematian.
Haaland mengatakan dia memulai tur "jalan menuju penyembuhan" selama setahun untuk mendengarkan para penyintas sistem sekolah asrama. Tujuan penyelidikan selanjutnya adalah untuk memperkirakan jumlah anak yang bersekolah, menemukan lebih banyak tempat pemakaman dan mengidentifikasi berapa banyak uang federal yang pergi ke gereja-gereja yang mengambil bagian dalam sistem sekolah, di antara isu-isu lainnya.
Dia mengatakan, Kongres telah menyediakan 7 juta dolar AS untuk melanjutkan penelitian tahun ini, yang menurutnya sangat penting untuk membantu penduduk asli Amerika sembuh.
Mantan anggota kongres dari New Mexico, Haaland pada tahun 2020 memperkenalkan undang-undang yang menyerukan Komisi Kebenaran dan Penyembuhan ke dalam kondisi di bekas sekolah asrama penduduk asli Amerika. Peraturan itu itu masih dalam proses.
Terpisah, Deborah Parker, kepala Koalisi Penyembuhan Sekolah Asrama Penduduk Asli Amerika yang membantu Departemen Dalam Negeri dalam penyelidikannya, mengatakan laporan itu hanya menggores permukaan trauma.
"Anak-anak kami punya nama. Anak-anak kami punya keluarga. Anak-anak kami punya bahasa sendiri," katanya pada konferensi pers.
"Anak-anak kami memiliki tanda kebesaran, doa dan agama mereka sendiri sebelum sekolah asrama India dengan kejam mengambil mereka," tandasnya.
Lebih jauh, para peneliti memeriksa catatan pemerintah dan berbicara dengan penduduk asli Amerika untuk menyiapkan laporan. Hasil merinci sejarah setidaknya 1801, ketika sekolah pertama dibuka, dan di mana pendidikan digunakan sebagai senjata.
Urusan penduduk asli Amerika, termasuk pendidikan, adalah tanggung jawab Departemen Perang hingga tahun 1849 dan militer tetap terlibat bahkan setelah warga sipil mengambil alih, catat laporan itu.
Sekolah-sekolah tersebut digambarkan menyerupai akademi militer dalam pengaturan dan ketegasan mereka dan menekankan keterampilan kejuruan. Polisi diminta untuk memaksa keluarga mengirim anak-anak mereka ke sekolah. Makanan tidak diberikan kepada keluarga sebagai cara lain untuk memaksa mereka menyerahkan anak-anak mereka.
"Kondisi ini termasuk metodologi militerisasi dan perubahan identitas pada anak-anak!" tegas Bryan Newland, asisten sekretaris untuk Urusan India di Departemen Dalam Negeri, yang mengepalai penyelidikan.
BACA JUGA:
Diketahui, kondisi di bekas sekolah asrama India mendapat perhatian global tahun lalu, ketika para pemimpin suku di Kanada mengumumkan penemuan kuburan tak bertanda dari 215 anak-anak di lokasi bekas sekolah perumahan Kamloops untuk anak-anak pribumi, sebagaimana lembaga semacam itu dikenal di Kanada.
Tidak seperti Amerika Serikat, Kanada melakukan penyelidikan penuh terhadap sekolah-sekolahnya melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
Pemerintah AS tidak pernah mengakui berapa banyak anak yang bersekolah di sekolah semacam itu, berapa banyak anak yang meninggal atau hilang dari mereka atau bahkan berapa banyak sekolah yang ada.
Laporan yang dirilis Rabu termasuk rekomendasi untuk mendanai program-program untuk melestarikan bahasa-bahasa asli Amerika yang coba dihilangkan oleh sekolah-sekolah dan mendirikan tugu peringatan federal.