Bagikan:

JAKARTA - Elektabilitas Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih menempati urutan tiga besar dalam survei nasional sejumlah lembaga survei.

Dalam survei terbaru, ketiganya bergantian saling kejar-kejaran untuk meraih posisi puncak. 

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Andriadi Achmad, mengatakan secara realitas publik bisa membaca, ketiga ‘jawara’ survei ini memiliki popularitas dan elektabilitas tak tertandingi dibandingkan kandidat-kandidat lain yang bermunculan.

Menurutnya, ketiga kandidat itu yang akan berpeluang untuk mendapat tiket Capres 2024 terlepas sampai saat ini belum diketahui secara jelas dan pasti partai pengusung atau koalisi partai pengusungnya. 

"Misalnya Prabowo tidak bisa dicalonkan hanya oleh partai Gerindra, akan tetapi membutuhkan koalisi dengan partai lainnya untuk syarat presidensial threshold," ujar Andriadi kepada VOI, Selasa, 10 Mei. 

"Begitu juga Anies belum ada partai politik yang pasti akan memberikan tiket dukungan. Apalagi Ganjar musti bersaing dengan putri Mahkota PDIP Puan Maharani yang juga dianggap memiliki kans untuk maju sebagai capres atau cawapres 2024," sambungnya. 

Jika berbicara peluang menang dari trio ‘jawara’ survei tersebut, kata Andriadi, ketiganya memiliki peluang menang yang seimbang. Akan tetapi jika membaca kandidat paling berpeluang, menurutnya, Anies Baswedan unggul dengan catatan bila mendapat tiket parpol pendukung. 

"Prabowo sulit untuk kembali bersinar di Pilpres 2024, karena momentum dan kesempatan emas Prabowo untuk memenangkan pertarungan 2014 dan 2019 sudah lewat," kata Andriadi.  

Direktur eksekutif Nusantara Institute Polcom SRC itu menilai, pada Pilpres 2024 mendatang Prabowo sudah dianggap masa lalu. Belum lagi Prabowo secara umum sudah ditinggalkan masa pendukung fanatiknya di Pilpres 2019. Hal itu lantaran Prabowo masuk dalam lingkaran kekuasaan yang notabene lawan politiknya.

"Sedangkan Ganjar Pranowo, akan sulit untuk meraup simpatik masa PDIP dan Jokowi jika tidak didukung oleh PDIP," pungkas Andriadi.