JAKARTA - Sebanyak 60 orang dikhawatirkan tewas dalam pemboman Rusia terhadap sebuah sekolah desa di wilayah Lugansk, Ukraina timur, kata gubernur daerah itu, Minggu.
Pasukan Rusia juga terus menembaki pabrik baja Azovstal, pertahanan terakhir perlawanan Ukraina di kota pelabuhan tenggara Mariupol yang hancur, di mana tentara dari resimen Azov bersumpah untuk terus berperang.
Gubernur Lugansk Serhiy Gaidai mengatakan, sekolah di Bilohorivka, tempat sekitar 90 orang berlindung, pada Sabtu dihantam bom Rusia yang membakar gedung itu selama empat jam.
"Tiga puluh orang dievakuasi dari puing-puing, tujuh di antaranya terluka. Enam puluh orang kemungkinan tewas," tulis Gaidai di aplikasi pesan Telegram, menambahkan bahwa dua mayat telah ditemukan, melansir Reuters 8 Mei. Reuters tidak dapat segera memverifikasi akunnya.
Diketahui, Ukraina dan sekutu Baratnya menuduh pasukan Rusia menargetkan warga sipil dalam perang. Tuduhan ini dibantah oleh Rusia, mengatakan operasi militer khususnya tidak menargetkan warga sipil.
Terpisah di Mariupol, wakil komandan resimen Azov memohon kepada masyarakat internasional untuk membantu mengevakuasi tentara yang terluka dari pabrik baja Azovstal yang luas.
"Kami akan terus berjuang selama kami masih hidup untuk mengusir penjajah Rusia," ujar Kapten Sviatoslav Palamar dalam konferensi pers online.
Dalam operasi selama seminggu yang ditengahi oleh PBB dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC), sejumlah warga sipil yang berlindung di tempat penampungan bawah tanah pabrik telah dievakuasi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Sabtu malam, lebih dari 300 warga sipil telah diselamatkan dan pihak berwenang sekarang akan fokus pada upaya untuk mengevakuasi yang terluka dan petugas medis. Sumber Ukraina lainnya telah mengutip angka yang berbeda.
Sementara itu, separatis yang didukung Rusia mengatakan total 145 orang, termasuk 24 anak-anak, dievakuasi pada hari Minggu dari Mariupol ke desa Bezimenne, sekitar 40 km (25 mil) timur, di daerah yang mereka kuasai.
Jumlah itu di luar 182 pengungsi yang telah tiba di Bezimenne pada awal operasi, menurut angka yang diberikan oleh kelompok separatis. Mereka mengatakan mereka yang ingin pergi ke daerah-daerah yang dikendalikan oleh Ukraina diserahkan kepada perwakilan PBB dan ICRC.
Adapun di kota Zaporizhzhia yang dikuasai Ukraina, sekitar 230 km (140 mil) barat laut Mariupol, lusinan orang yang melarikan diri dari kota pelabuhan dan daerah pendudukan di dekatnya, secara mandiri atau dengan bantuan sukarelawan menunggu untuk didaftarkan di tempat parkir didirikan untuk menyambut para pengungsi.
BACA JUGA:
"Masih banyak orang di Mariupol, yang ingin pergi tetapi tidak bisa," kata guru sejarah Viktoria Andreyeva, yang mengatakan dia baru saja tiba di Zaporizhzhia setelah meninggalkan rumahnya yang dibom di Mariupol bersama keluarganya pada pertengahan April.
"Udaranya terasa berbeda di sini, bebas," sambungnya di tenda tempat para sukarelawan menawarkan makanan, kebutuhan pokok, dan mainan kepada para pendatang baru, yang banyak di antaranya bepergian dengan anak-anak kecil.