Ditahan Rusia, Tentara Ukraina Ungkap Senjata Bantuan NATO Payah di Medan Perang: Melenceng 50 Meter dari Sasaran
Ilustrasi rudal anti-tank Javelin. (Wikimedia Commons/United States Army)

Bagikan:

JAKARTA - Tentara Ukraina yang menjadi tahanan perang di Rusia (POW) mengatakan, senjata kiriman negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memiliki kinerja yang buruk di medan perang.

Sistem rudal anti-tank portabel Javelin dan NLAW yang banyak dipuji yang dipasok oleh negara-negara NATO ke Ukraina, memiliki kinerja buruk di medan perang dan menciptakan banyak kemunduran, kata seorang tawanan perang Ukraina yang ditangkap dalam sebuah video yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia.

"Bantuan militer AS, menurut saya, telah dilebih-lebihkan karena ATWS (sistem senjata anti-tank) dan peluncur granat yang banyak dipuji, Javelin dan NLAW mereka yang sangat dipromosikan, gagal membuktikan nilai mereka dalam perang," ujarnya seperti dikutip dari TASS 6 Mei.

"Mereka mengalami kemunduran, dengan biasanya satu dari empat tembakan senjata tak kenai sasaran atau meledak 50 meter dari target," sambung tawanan tersebut.

Lebih jauh ia mengatakan, beberapa sistem senjata anti-lapis baja telah habis masa pakainya, serta kehabisan baterai penyimpanan cadangan.

ilustrasi javelin
Ilustrasi rudal javelin. (Wikimedia Commons/Lance Cpl. Kevin Quihuis Jr.)

"Beberapa senjata memiliki baterai penyimpanan dengan masa pakai yang kedaluwarsa, sementara sebagian besar batch menunjukkan tahun-tahun yang telah melewati tanggal kedaluwarsa," ungkapnya.

Ia menambahkan, prajurit Ukraina juga dilatih di tempat pelatihan untuk belajar mengoperasikan sistem senjata anti-armor NATO.

Senin lalu, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan Pentagon sedang mempertimbangkan apakah akan mempercepat produksi peluru kendali anti-tank Javelin dan sistem pertahanan udara portabel Stinger, sehubungan dengan pengiriman senjata besar-besaran Ukraina.

"Kami sedang mempertimbangkan berbagai opsi, jika diperlukan, untuk meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan jadwal produksi dari Javelin - Javelin, serta Stinger. Tapi itu proses yang berkelanjutan, jadi Saya hanya tidak punya apa-apa untuk dipratinjau pada saat ini," ungkapnya.

Sebelumnya dia berpendapat, pemindahan Javelin dan Stinger ke Kyiv tidak mempengaruhi kesiapan tempur Angkatan Bersenjata AS, menjawab pertanyaan tentang kekhawatiran menipisnya stok senjata AS lantaran terus dikirim ke Ukraina.