Bagikan:

JAKARTA - Afrika Selatan mungkin memasuki gelombang infeksi COVID-19 kelima lebih awal dari yang diperkirakan, setelah peningkatan infeksi yang berkelanjutan selama 14 hari terakhir, Menteri Kesehatan Joe Phaahla mengatakan pada Hari Jumat.

"Yang tetap stabil adalah penerimaan rumah sakit termasuk ICU (unit perawatan intensif), bukan perubahan yang sangat dramatis," kata Phaahla dalam konferensi pers, melansir Reuters 29 April.

"Ada juga peningkatan kematian, tidak terlalu dramatis dari pangkalan rendah," sambungnya.

Lebih jauh dia mengatakan, pada tahap ini otoritas kesehatan belum disiagakan adanya varian baru, selain perubahan dominan yang beredar, Omicron.

Diketahui, Afrika Selatan telah mencatat infeksi dan kematian COVID terbanyak di Afrika hingga saat ini, dengan lebih dari 3,7 juta kasus yang dikonfirmasi dan lebih dari 100.000 kematian selama pandemi.

Pada Hari Kamis, kantor WHO Afrika menandai peningkatan infeksi COVID Afrika Selatan sebagai pendorong utama peningkatan infeksi di benua Afrika.

"Pekan ini kasus dan kematian baru COVID-19 di benua itu meningkat untuk pertama kalinya, setelah penurunan lebih dari dua bulan untuk kasus, serta satu bulan untuk kematian," Benido Impouma, direktur penyakit menular dan tidak menular WHO Afrika dalam konferesi pers online.

Impouma mengatakan belum ada bukti yang menunjukkan peningkatan kasus terkait dengan sub-garis keturunan baru atau varian virus corona baru.

Sementara, Helen Rees, direktur eksekutif Institut Kesehatan Reproduksi dan HIV Universitas Witwatersrand di Johannesburg, mengatakan pada konferensi pers yang sama, bagian yang meningkat dari kasus COVID Afrika Selatan adalah sub-garis keturunan BA.4 dan BA.5 dari varian Omicron.

Namun dia mengatakan, negara itu sejauh ini belum melihat peningkatan besar dalam kematian atau penerimaan perawatan intensif.