JAKARTA - Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif IInstitute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai dibutuhkan energi yang besar dan upaya keras dari pemerintah untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke kisaran 5 persen.
"Jika vaksin COVID-19 belum ada dan belum didistribusikan secara merata, target pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen pada tahun depan terbilang berat," ujar Tauhid dikutip dari Antara, Senin.
Tauhid menuturkan saat ini saja ekonomi belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Hal itu terlihat dari Indeks Harga Konsumen (IHK) yang belakangan mengalami deflasi, yang menandakan lemahnya permintaan.
Menurutnya, jika konsumsi masyarakat pada tahun depan masih lemah maka sulit bagi Indonesia untuk mengakselerasi ekonomi tumbuh 5 persen.
Selama ini konsumsi masyarakat menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, kata dia, ekspor impor juga sulit diharapkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi karena kondisi ekonomi global yang masih suram.
Investasi, lanjut Tauhid, sebetulnya bisa dijadikan penopang pertumbuhan ekonomi. Sebab di tengah situasi seperti saat ini, banyak perusahaan yang memutuskan untuk tidak lagi menggantungkan sumber produksi di China dan berencana merelokasi investasinya.
Masalahnya, kata dia, dampak investasi khususnya penanaman modal asing ke pertumbuhan ekonomi tidak bisa langsung. Selain itu, investor saat ini juga tengah wait and see dan mencari negara yang paling aman untuk menjadi basis produksi manufaktur.
Pemerintah dinilai perlu mempercepat realisasi investasi mengingat berapapun besarannya sangat berdampak pada pergerakan ekonomi dalam negeri. Untuk itu pemerintah harus berani menjemput bola dengan memberikan berbagai insentif yang menarik serta berbagai fasilitas dan kemudahan bagi calon investor.
BACA JUGA:
Tauhid menambahkan pemerintah juga harus siap menyediakan insentif maupun fasilitas lainnya sesuai permintaan investor dan berdasarkan kasus masing-masing alias case by case. Di samping itu pemerintah perlu melakukan pendekatan terhadap produsen-produsen global.
"Tanya apa yang mereka minta dan siapkan permintaan mereka," ujar Tauhid.
Kondisi pelemahan ekonomi saat ini membawa Indonesia diambang masa resesi. Ancaman tersebut tentu berdampak pada multi sektoral seperti melemahnya daya beli masyarakat hingga tingkat kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Menanggapi kondisi tersebut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pun terus mendorong perbaikan iklim investasi di tengah pandemi COVID-19. Investasi diharapkan mampu menyelamatkan Indonesia saat pertumbuhan ekonominya mengalami resesi.
"Di tengah perekonomian yang melambat ini investasi diharapkan akan jadi motor penggerak utama dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, BKPM akan terus bekerja keras dalam menarik investasi masuk ke Indonesia," kata Plt (Pelaksana Tugas) Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM Nurul Ichwan beberapa waktu lalu.