Bagikan:

JAKARTA - Ekonom CORE, Hendri Saparini mengatakan, target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen pada tahun ini bisa tercapai.

Namun, menurut Hendri, yang menjadi pertanyaan apakah pertumbuhan ini bisa dinikmati semua kalangan.

Hendri menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia harus inklusif. Artinya, dirasakan oleh banyak kelompok masyarakat bukan pertumbuhan yang didorong oleh sekelompok kecil masyarakat.

"Pertumbuhan ekonomi memang ada, tetapi cenderung ke kelompok atas. Kelompok bawah spendingnya berdasarkan BLT (Bantuan Langsung Tunai). belum ada additional income yang memadai," katanya dalam keterangan resmi, Senin, 10 Oktober.

Menurut Hendri, hal ini merupakan pekerjaan besar bagi pemerintah untuk membuka kesempatan bagi masyarakat kelompok bawah menambah penghasilan mereka.

"Kelompok bawah tidak menikmati pertumbuhan. Dan jadi PR besar yang kita tunggu bagaimana menggerakkan pelaku dibawah agar mereka bisa melakukan kegiatan ekonomi sehingga ada pendapatan tambahan," kata Hendri.

Hendri mengatakan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga tidak dirasakan oleh kelompok atas, dan kelompok bawah atau rentan diberikan BLT.

Namun, lanjutnya, ini soal waktu saja, sampai harga-harga terkoreksi dan memengaruhi konsumsi masyarakat.

“Artinya kalau ada kenaikan harga BBM, kelompok bawah itu mereka melakukan pengurangan konsumsi bukan pada round pertama, tetapi nanti dia akan kena di selanjutnya, karena akan menaikkan harga yang selama ini masih ditunda," jelas Hendri.

Masih kata Hendri, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun ini akan tetap strong, sehat, bisa berada di kisaran 5 persen karena konsumsi dalam negeri yang kuat, windfall ekspor dan investasi di sektor hulu yang masih tumbuh.

Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan Indonesia Indonesia salah satu dari dua negara G20 dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi, bahkan mengalahkan Inggris.

"Maka di tahun ini insya Allah kita bisa tumbuh di 5 persen," kata Airlangga.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Capai 5 Persen

Sementara itu, Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan terkait dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang optimistis bisa di angka 5 persen.

Esther menilai, hal itu akan mengembalikan tren pertumbuhan ekonomi seperti sebelum dihantam COVID-19.

"Memang rata-rata, secara tren data historis, Indonesia memang 5 persen. Itu saat kondisi normal. Namun saat pandemi kan minus. Kemudian kita mencoba memulihkan ekonomi," terangnya.

Menurut Esther, angka 5 persen merupakan angka yang bagus, mengingat kondisi ekonomi domestik dan global belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi.

Apalagi ditambah ancaman resesi global akibat konflik geopolitik serta krisis pangan dan energi.

"Kalau kita bisa mencapai 5 persen itu sudah bagus. Karena prediksi tahun depan adalah resesi global akibat konflik geopolitik dan dampak COVID-19 yang belum sepenuhnya selesai," tuturnya.