BNPT Ajak Perempuan Kalimantan Utara Aktif Cegah Radikalisme
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Kalimantan Utara menggelar seminar bertemakan "Perempuan Top Viralkan Perdamaian"

Bagikan:

TARAKAN - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengajak seluruh perempuan di Kalimantan Utara terlibat aktif dalam mencegah penyebaran paham radikal dan terorisme, melalui seminar "Perempuan Top Viralkan Perdamaian" di Hotel Tarakan Plaza, Kalimantan Utara.

"Kegiatan ini sebagai upaya agar perempuan di Bumi Benuanta terlibat aktif dalam mencegah paham radikalisme dan terorisme," kata Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Utara Datu Iskandar Zulkarnaen di Tarakan, Kamis 31 Maret.

Dia menjelaskan perempuan, khususnya yang berperan sebagai ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, sehingga BNPT melibatkan kaum dalam mengampanyekan pesan perdamaian.

"Jadi, kegiatan ini sangat penting dalam mengedukasi perempuan terkait bahaya radikalisme dan terorisme," tambahnya.

Berdasarkan survei BNPT, indeks potensi radikalisme cenderung lebih tinggi di kalangan perempuan, urban, generasi muda, dan masyarakat yang aktif di media sosial. Artinya, keempat entitas tersebut harus diwaspadai dan menjadi sasaran utama dalam melakukan kontraradikalisme dan kontraterorisme.

"Jadi kami lihat bersama indeks radikalisme di kalangan perempuan dan masyarakat urban mencapai 12,3 persen, kemudian kalangan generasi Z mencapai 12,7 persen, dan milenial 12,4 persen," katanya dikutip Antara.

Selain itu, mereka yang mencari konten keagamaan di internet mencapai 12,3 persen, sementara yang ikut menyebarkan konten keagamaan sebesar 13,3 persen.

Dalam acara tersebut, FKPT Kalimantan Utara mendatangkan sejumlah narasumber, yakni Kasubdit Bina Dalam Lapas BNPT Kol. Czi. Roedy Widodo, Tenaga Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Devie Rahmawati, dan Kepala Satuan Intelkam Polres Tarakan AKP Aris Kelana.

"Alhamdulillah antusias perempuan di Kaltara cukup tinggi yang mengikuti. Ada dari organisasi kemahasiswaan perempuan, organisasi kemasyarakatan, dan lainnya dalam ruang lingkup stakeholder wanita. Mudah-mudahan tujuan kami tercapai dalam agenda ini," katanya.

Sementara itu, salah satu peserta dari kelompok mahasiswa, Sisca, mengaku acara seperti itu harus terus dilakukan secara berkelanjutan.

"Apalagi untuk kalangan pelajar dan mahasiswa yang sangat memerlukan edukasi sebagai upaya deteksi dini," kata Sisca.