Bagikan:

JAKARTA - Penilaian masyarakat terhadap semakin buruknya kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam menghadapi masalah saat ini terus meningkat bila dibandingkan bulan Desember 2021.

Penilaian ini dilihat dalam hasil survei SMRC. Pada survei yang dilakukan periode 13-20 Maret 2022, terdapat sejumlah masalah yang dinilai responden, mulai dari stabilitas harga pokok (sembako), pengangguran, jumlah orang miskin, pemerataan kesejahteraan, hingga stabilitas nilai tukar rupiah.

Pada penilaian kerja pemerintah dalam membuat harga kebutuhan pokok terjangkau, responden yang menilai semakin buruk meningkat dari 29 persen ke 41 persen selama tiga bulan terakhir. Sementara, responden yang menilai kerja pemerintah semakin baik menurun dari 29 persen ke 23 persen.

Kemudian, pada upaya pemerintah mengurangi pengangguran, responden yang menilai semakin buruk meningkat dari 26 persen ke 30 persen selama tiga bulan terakhir. Sementara, responden yang menilai kerja pemerintah semakin baik menurun dari 25 persen ke 24 persen.

Dalam kerja pemerintah mengurangi jumlah orang miskin, responden yang menilai semakin buruk meningkat dari 22 persen ke 24 persen selama tiga bulan terakhir. Sementara, responden yang menilai kerja pemerintah semakin baik menurun dari 33 persen ke 29 persen.

Lalu, pada upaya meningkatkan pemerataan kesejahteraan oleh pemerintah, responden yang menilai semakin buruk meningkat dari 13 persen ke 19 persen selama tiga bulan terakhir. Sementara, responden yang menilai kerja pemerintah semakin baik menurun dari 40 persen ke 37 persen.

Selanjutnya, dalam kerja pemerintah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, responden yang menilai semakin buruk meningkat dari 15 persen ke 17 persen selama tiga bulan terakhir. Namun, responden yang menilai kerja pemerintah semakin baik ikut meningkat dari 23 persen ke 24 persen.

Dengan demikian, dalam evaluasi atas kinerja pemerintah menangani berbagai masalah ekonomi, penilaian paling negatif ditujukan pada kinerja pemerintah dalam membuat harga-harga kebutuhan pokok agar terjangkau.

Diketahui, survei ini diambil dari 1027 sampel responden. Sampel dipilih secara acak dari populasi WNI yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah saat survei dilakukan. Margin of error survei diperkirakan 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.