JAKARTA - Rudal yang diluncurkan oleh Korea Utara Kamis kemarin disebut media pemerintah setempat sebagai rudal balistik antarbenua (ICBM) yang besar dan baru, sebagai unjuk kekuatan nuklir dan mencegah setiap upaya militer Amerika Serikat menurut pemimpin Pyongyang.
Itu adalah uji coba penuh ICBM pertama oleh Korea Utara yang bersenjata nuklir sejak 2017. Data penerbangan menunjukkan bahwa rudal itu terbang lebih tinggi dan lebih lama, daripada tes Korea Utara sebelumnya, sebelum jatuh ke laut di barat Jepang.
Dinamai Hwasong-17, ICBM ini adalah rudal berbahan bakar cair terbesar yang pernah diluncurkan oleh negara mana pun dari peluncur mobile, kata para analis.
Pemimpin Kim memerintahkan tes tersebut karena seiring peningkatan ketegangan militer setiap hari, di dalam maupun di sekitar semenanjung Korea, serta konfrontasi lama yang tak terhindarkan dengan imperialis AS disertai dengan bahaya perang nuklir kantor berita negara KCNA melaporkan.
"Pasukan strategis DPRK sepenuhnya siap untuk mengekang dan menahan segala upaya militer berbahaya imperialis AS," kata Pemimpin Kim sambil secara pribadi mengawasi peluncuran tersebut, melansir Reuters dari KCNA 25 Maret. DPRK adalah inisial nama resmi Korea Utara.
Kembalinya Korea Utara ke uji senjata utama yang berpotensi menyerang Amerika Serikat, menimbulkan tantangan langsung bagi Presiden AS Joe Biden saat ia menanggapi invasi Rusia ke Ukraina.
Ujicoba itu meningkatkan prospek krisis baru, menyusul terpilihnya pemerintahan baru Korea Selatan yang konservatif, yang telah menjanjikan strategi militer yang lebih kuat untuk melawan Pyongyang.
Peluncuran itu menuai kecaman dari para pemimpin di Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan.
"Munculnya senjata strategis baru DPRK, akan membuat seluruh dunia dengan jelas menyadari kekuatan angkatan bersenjata strategis kami sekali lagi," tegas Pemimpin Kim, seraya menambahkan tes tersebut akan membantu meyakinkan dunia tentang fitur modern dari strategi strategis negara itu.
"Setiap pasukan harus dibuat untuk menyadari, fakta bahwa mereka harus membayar harga yang sangat mahal sebelum berani mencoba melanggar keamanan negara kita," tukasnya.
Tidak ada komentar langsung dari Gedung Putih atau Departemen Luar Negeri atas pernyataan Kim.
Menanggapi peluncuran ICBM pertama Korea Utara sejak 2017 melalui Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) akan jauh lebih sulit sekarang daripada dulu.
BACA JUGA:
Diketahui, kekuatan dunia di dewan saat ini berselisih mengenai perang Ukraina, membuat jenis sanksi yang dijatuhkan pada Korea Utara oleh DK PBB setelah uji coba tahun 2017 menjadi proses yang jauh lebih rumit.
Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Irlandia, Albania dan Norwegia telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan pertemuan publik pada hari Jumat untuk membahas peluncuran rudal balistik terbaru Korea Utara, kata para diplomat.